Page 39 - Acuan_Sediaan_Herbal-Volume_2_Edisi_Pertama
P. 39
Nama asing
Temu lawas (Malaysia), curcuma(lnggris).
Kandungan kimia
Minyak atsiri (3-12 %): komponen utama adalah ar-kurkumen(alta-kurkumcn). xanthorthtzok beta-
kurkumen. germakrene, furanodien, furanodienon. Kurkuminoid (0.8 - 2%) : terdiri atas kurkumin
dan desmetoksikurkumin. Pati (30-40°/ o).
Efek farmakologi
Tanaman Temulawak secara empirik digunakan sebagai obat dalam bentuk tunggal maupun
campuran untuk mengatasi gangguan-gangguan uluran cerna. gangguan aliran getah empedu.
sembelit. radang rahim, kencing nanah, mencret. kurang nafsu makan, kelebihan berat badan.
r.Hta»ig lambung. eaear air. eksema. jerawat. dan sebagaim'a.
Disamping sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan atau pengobatan
penyakit. Dalam hal ini temulawak umumnya digunakan dalam bentuk jamu.
Pengujian aktivitas farmakologi pada tanaman obat dimaksudkan untuk melihat daya keija
farmakologinya pada sistem biologis yang merupakan petunjuk terhadap adanya khasiat terapeutik.
Perlu dicatat bahwa tidak semua khasiat terapeutik suatu obat dapat diperkirakan secara langsung
dari model hewan percobaan. Hasil positif hanya dipakai untuk perkiraan kemungkinan efeknya pada
manusia.
Aktivitas pada hati:
Khasiat antihepatotoksik kurkumin secara in-vitro telah diteliti yang melakukan induksi hepatotoksik
pada hewan percobaan menggunakan karbon tetraklorida dan d-galaktosamin.
Pemberian kurkumin dosis 1 mg/kg dapat mengurangi aktivitas enzim glutamate oksaloasetat
transaminase (GOT) sebesar 53%, serta menurunkan aktivitas enzim glutamate piruvat transaminase
(GPT) sebesar 20%.
Penelitian histopatologi mengenai aktivitas hepatoprotektor ekstrak temulawak yang mengandung 5%
kurkumin menggunakan hewan percobaan yang diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol dosis
tinggi (2500 mg/kg BB). Dosis ekstrak temulawak yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas
dosis rendah (50 mg/kg BB) dan dosis tinggi (250 dan 1000 mg/kg BB). Dengan menggunakan N-
asctilsistein sebagai pembanding, disimpulkan bahwa ekstrak temulawak dosis rendah tidak
memberikan aktivitas hepatoprotektor, tetapi pada dosis tinggi dapat menurunkan kadar SGOT dan
SG PT, serta menunjukkan perbaikan gambaran histologi yang sama baik dengan N-asetilsistein.
Aktivitas hepatoprotektor sediaan galenik yang mengandung kurkuminoid kunyit dan minyak atsiri
temulawak telah diteliti pada mencit yang diinduksi hepatotoksik dengan karbon tetraklorida, Hewan
percobaan diberi sediaan "Curcuma Complex" yang terbukti dapat menghambat pertanaman jamur
Microsporum canis dan Trichophyton violaceum, sedangkan microsporum gypseum memerlukan
kadar ekstrak yang lebih tinggi, yaitu 7mg/ml.
39