Page 40 - Acuan_Sediaan_Herbal-Volume_2_Edisi_Pertama
P. 40
Penelitian dengan metode cakram kertas menunjukkan hasil bahwa aktivitas penghambatan terhadap
jamur Microsporum gypseum yang dihasilkan oleh ekstrak dengan kadar 20,12 mg/ml adalah setara
dengan aktivitas 0,37 mg Cotrimazol, sedangkan untuk jamur Trichophyton violacens, aktivitas 28,22
mg ekstrak temulawak setara dengan aktivitas 0,45 mg Cotrimazol.
Minyak atsiri temulawak bersifat fungistatik pada jamur-jamur juga bersifat bakteriostatik pada
mikroba-mikroba jenis Staphyllococcus, dan Salmonella.Komponen minyak atsiri temulawak yang
bersifat antimikroba ini adalah turmeron.
Indikasi
Hepatoprotektor.
Kontra indikasi Belum diketahui.
Peringatan
Resiko kesehatan dan efek samping selama penggunaan dengan tujuan dosis terapi belum diketahui.
Keluhan pada lambung ditemukan apabila penggunaan yang besar atau pada kasus overdosis. Hal ini
dikarenakan efek stimulasi dari obat pada biliary, obat ini sebaiknya tidak digunakan apabila saluran
empedu terhambat Rasa mulas akan muncul apabila pasien menderita batu ginjal.
• Gangguan saluran empedu, jika menderita batu ginjal harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter.
• Karsinogenik, mutagenesitas, teratogenesitas, dan gangguan fertilitas: Belum diketahui
• Penggunaan pada masa kehamilan: Belum diketahui
• Penggunaan pada masa menyusui: Belum diketahui
• Penggunaan pada masa anak-anak: Belum diketahui
Efek yang tidak diinginkan
Dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat mengakibatkan iritasi membran mukosa
lambung. Tidak dapat digunakan dalam cholangitis akut atau icterus.
Interaksi
Belum diketahui
Toksisitas
Belum diketahui
Penyiapan dan dosis
Obat dijadikan serbuk untuk larutan infus dan sediaan-sediaan galenika untuk penggunaan internal.
Dosis harian : rentang dosis harian yaitu 2 g obat; infus; 2 -3 kali sehari di antara waktu makan.
Penyimpanan Terlindung dari cahaya
Daftar pustaka
1. Sidik, Moelyono, Muhtadi., 1992, Temulawak Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
1. hal :68-87
2. Sidik, Moelyono, Muhtadi., 1992, Temulawak Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam 2
3. --------------, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengawan Obat dan Makanan, hal :22-25
4 .---------------f 2000, PDR for herbal medicine, Second Edition, New
Jersey i Medical Economics Company, hal: 239
5. 1999, PROSEA Medicinal and Poisonous Plants 1, Backhuys Publishers, Leiden, theNetherlands, hal
:217-218.
40