Page 26 - E-Book Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
P. 26
E-Book Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2021
PERTEMUAN
Hidup Bersama dengan Orang yang
Berbeda Iman
A. Gereja dan Kerukunan Umat Beragama
Masalah ketidakharmonisan dalam hubungan antarumat beragama sesungguhnya tidak
terlepas dari pemahaman gereja tentang tugas dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat.
Bagaimana gereja memahami semuanya itu? Apakah tugas gereja semata-mata terkait dengan
urusan rohani semata-mata? Ataukah kepedulian gereja semata-mata hanyalah pada masalah
bagaimana menambahkan jumlah anggotanya sebanyak-banyaknya?
Apabila setiap agama hanya peduli akan pertambahan anggota sebanyak- banyaknya, maka
yang seringkali terjadi adalah berbagai upaya yang menghalalkan cara apapun juga dan menyebarkan
agama tanpa cara-cara yang etis. Misalnya, menghalang-halangi keinginan orang lain untuk
beribadah menurut agamanya sendiri, bahkan memaksakan suatu agama tertentu kepada
kelompok agama lainnya, dan lain-lain. Setiap agama hanya memikirkan dirinya sendiri.
Bagaimana dengan gereja sendiri? Sudah seberapa jauh gereja memikirkan pentingnya
hidup bersama-sama dengan orang lain secara harmonis? Sudah seberapa jauh gereja bertindak
proaktif dalam kepeduliannya kepada orang lain?
Apabila langkah terakhir ini yang diambil oleh gereja, maka akan timbul sikap yang berbeda
terhadap orang-orang yang beragama lain. Gereja dan orang Kristen yang mengambil cara
berpikir seperti ini akan sadar bahwa mereka membutuhkan orang lain dalam menghadapi masalah-
masalah bersama seperti kemiskinan, ketidakadilan, penindasan kepada kelompok-kelompok
minoritas, dan lain-lain. Mereka akan sadar bahwa mereka tidak dapat mengatasi semua masalah
itu sendirian dan karena itu mereka harus bekerja sama dengan orang lain. Ketika orang Kristen
harus bekerja sama dengan orang lain, mereka pun harus belajar mendengarkan orang lain.
Mereka tidak bisa memaksakan hanya pemikiran mereka sendiri. Mereka harus mendengar, belajar
menerima pendapat dan solusi yang ditawarkan oleh orang lain. Ini tentu tidak mudah bagi
mereka yang selama ini sudah terbiasa menganggap dirinya yang paling benar dan
memonopoli kebenaran itu sendiri.
Pertanyaan seorang Farisi kepada Yesus tentang hukum yang terutama dalam hukum Taurat
mengandung keinginan untuk memilah-milah manakah hukum yang terutama dan hukum-
hukum yang sekunder atau yang kurang penting. Yesus menjawab,