Page 28 - E-Book Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
P. 28
E-Book Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2021
B. Membangun Kebersamaan dalam Perbedaan
Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku bangsa, budaya, dan agama. Semua itu
merupakan kekayaan yang patut disyukuri. Pada sisi lain, keberagaman tersebut dapat
melahirkan berbagai gesekan yang pada akhirnya berubah menjadi konflik dan perpecahan.
Sebaliknya, kekayaan itu akan menjadi benih kerukunan apabila bangsa kita dapat belajar untuk
saling menerima dan menghargai. “Rukun” berarti hidup berdampingan secara damai, saling
menolong ketika seseorang atau sebuah kelompok membutuhkannya dalam kesusahan atau
malapetaka.
Kerukunan bukanlah sebuah konsep baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak
zaman dahulu gotong royong (kerja sama) dan tolong-menolong sudah dipraktikkan dalam
kehidupan masyarakat. Mereka sadar bahwa kerja sama sangat dibutuhkan untuk menjawab dan
memecahkan persoalan-persoalan bersama kita.
Untuk mengakomodasi berbagai perbedaan suku bangsa, budaya, dan agama, para pendiri
negara Indonesia telah merumuskan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda
tetapi tetap satu. Rupanya mereka telah membaca adanya bahaya yang akan timbul di kemudian
hari karena adanya kepelbagaian dalam suku bangsa, budaya, dan agama. Namun demikian,
kepelbagaian ini pun dapat dijadikan kekayaan yang harus diterima dan memperkaya budaya dan
kehidupan masyarakat Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk merekat berbagai
perbedaan dalam satu pelangi yang indah, suatu kesatuan nasional sebagai “bangsa Indonesia”.
Di samping itu, dasar negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila, juga mengakui
kepelbagaian agama di Indonesia melalui sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila juga memberi
ruang yang luas bagi tercipta serta terpeliharanya hidup rukun antarmasyarakat bangsa yang
berbeda agama melalui sila kemanusiaan yang adil dan beradab, kerakyatan (demokrasi), dan
keadilan sosial.
Bagaimana caranya membangun sikap menghargai agama lain dan para pemeluknya?
Kata kuncinya di sini adalah keberanian untuk mendengarkan orang lain. Hal itu berarti
bersikap terbuka terhadap apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa menjadi defensif. Untuk itu,
kita harus benar-benar mendalami keyakinan agama kita sendiri. Rasa takut dan sikap yang
defensif hanya timbul dari diri orang yang tidak siap untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mengganggu keyakinan imannya.
Ada beberapa prinsip dasar yang menjadi acuan dalam mewujudkan multikulturalisme, antara
lain sebagai berikut.
1. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.
2. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang mayoritas
maupun minoritas.
3. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik secara
individu ataupun kelompok serta budaya.
4. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati
dalam perbedaan.
5. Unsur kebersamaan, solidaritas, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam
perbedaan.
Prinsip-prinsip tersebut juga berlaku dalam hubungan antarumat beragama. Kita tidak akan
mampu mempersatukan dogma atau ajaran semua agama namun kita dapat mempersatukan