Page 179 - Buku 9
P. 179

romantis jika bicara demokrasi desa. Orang Minang biasa
           bicara: “Kalau mau melihat demokrasi yang sejati, datan-
           glah ke nagari, lihatlah Kerapatan Adat Nagari”. Di tempat
           lain, ada seorang aktivis yang yakin betul bahwa demokrasi
           masih betul-betul hidup di desa. “Kalau bicara demokrasi
           di Indonesia, mari kita lihat ke desa. Di sanalah demokra-
           si masih hidup, meski tidak ada demokrasi substansial di
           level  nasional”, demikian tuturnya. Dia menyebutkan se-
           jumlah  indikator pembukti  demokrasi desa:  pemilihan
           langsung kepala desa, tradisi forum-forum RT sampai rem-
           bug desa sebagai arena pembuatan keputusan kolektif yang
           demokratis, terjaganya  solidaritas  komunal (gotong  roy-
           ong) antarwarga, warga masyarakat yang saling hidup da-
           mai berdampingan dan inklusif, dan sekarang tumbuh BPD
           yang dipilih secara demokratis.

              Pembelaan terhadap demokrasi desa memang tidak han-
           ya dimonopoli oleh aktivis. Masih banyak pembela lain ter-
           hadap demokrasi (asli) desa. Seorang pendiri republik In-
           donesia, Mohammad Hatta, pernah berujar: “Di desa-desa
           sistem yang demokratis masih kuat dan hidup sehat sebagai
           bagian adat-istiadat yang hakiki, dasarnya adalah pemilikan
           tanah yang komunal yaitu setiap orang merasa bahwa ia ha-
           rus bertindak berdasarkan  persetujuan  bersama, sewaktu
           menyelenggarakan kegiatan ekonomi”. Hatta juga menegas-
           kan bahwa struktur demokrasi yang hidup dalam diri bang-
           sa Indonesia harus berdasarkan pada tradisi demokrasi asli
           yang berlaku di desa.






           178                                         REGULASI BARU,DESA BARU
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184