Page 191 - Buku 9
P. 191

tuk membangun dan melaksanakan  visi-misi perubahan
           desa. Musyawarah desa juga menghindarkan relasi konflik-
           tual head to head antara kepala desa dan BPD. Kedua, kepa-
           la desa yang mempunyai hasrat menyelewengkan kekuasaan
           bisa mengabaikan kesepakatan yang dibangun dalam pem-
           bahasan bersama antara kepala desa dan BPD maupun kes-
           epakatan dalam musyawarah desa. Kepala desa bisa mene-
           tapkan APBDes dan Peraturan Desa secara otokratis dengan
           mengabaikan BPD dan musyawarah desa, meskipun proses
           musyawarah  tetap  ditempuh  secara  prosedural.  Tindakan
           kepala desa ini legal secara hukum tetapi tidak legitimate
           secara politik. Kalau hal ini yang terjadi maka untuk menye-
           lamatkan  desa  sangat tergantung pada bekerjanya fungsi
           politik BPD dan kuasa rakyat (people power).

              Memang agak  sulit mengkonstruksi hubungan antara
           kepala desa dan BPD agar mampu menjamin check and bal-
           ances dan akuntabilitas. Selama ini secara empirik ada em-
           pat pola hubungan antara BPD dengan Kepala Desa:
           1.  Dominatif: ini terjadi bilamana kepala desa sangat dom-
               inan/berkuasa dalam menentukan kebijakan desa dan
               BPD  lemah,  karena  kepala  desa meminggirkan  BPD,
               atau karena BPD pasif atau tidak paham terhadap fungsi
               dan perannya. Fungsi pengawasan BPD terhadap kiner-
               ja kepala desa tidak dilakukan oleh BPD. Implikasinya
               kebijkan desa menguntungkan kelompok Kepala Desa,
               kuasa rakyat dan demokrasi desa juga lemah.

           2.  Kolutif:  hubungan Kepala  Desa dan BPD terlihat  har-
               monis yang bersama-sama berkolusi, sehingga memun-


           190                                         REGULASI BARU,DESA BARU
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196