Page 6 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 6
PERSIDANGAN DI SITI INGGIL
Matahari yang mulai sepenggalah menyengatkan sinarnya
menembus genting-genting atap rumah kepatihan menjadi lebih
panas. Patih Logender berkali-kali mengusap keringat yang
membasahi dahi dan lehernya. Ia mondar-mandir ke sana kemari,
sebentar duduk sebentar berdiri. Patih Logender betul-betul
bingung setelah mendapat titah sang ratu untuk mencari orang
yang bernama Damarwulan. Ia bingung bukan karena tidak bisa
mencari Damarwulan, melainkan justru karena Damarwulan
telah berada di rumahnya sejak beberapa bulan yang lalu bahkan,
Damarwulan kini telah menjadi suami Anjasmara anak sulungnya.
“Benarkah Damarwulan dapat menumpas pemberontakan
di Prabalingga seperti kata sang ratu? Mengapa Ratu Kencana
Wungu memilih menantunya? Mengapa bukan Layang Seta atau
Layang Kumitir? Bukankah kedua anak lelakinya itu lebih tangguh
daripada Damarwulan?” gumam sang patih dalam hati.
“Sabdapalon…,” sang patih memanggil seseorang.
“Ya, Gusti….”
“Panggilkan Damarwulan!”
“Baik, Gusti.”
Setelah memberi sembah, Sabdapalon mengundurkan diri.
Tak lama kemudian ia menghilang dari penglihatan.
“Apakah Damarwulan mempunyai kesaktian sehingga
dipercaya sang ratu menumpas pemberontakan? Tidak salahkah
sang ratu memilihnya sebagai senapati perang? Bukankah selama
ini dia hanya disibukkan dengan merawat kuda-kuda itu?” pikiran
itu selalu bergelayut menggoda benak sang patih.
1