Page 7 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 7
“Bagaimana jika nanti Damarwulan kalah? Anakku pasti
akan menjadi janda, tetapi kalau menang, dia akan menjadi Raja
Majapahit. Ah…, tak mungkin anak almarhum Patih Maudara
itu mengalahkan Menak Jingga. Uh…, bagaimana ini…?” Ki Patih
mengeluh sambil menatap atap rumah dalam-dalam, pikirannya
jauh melayang. Di situ pihaknya harus mengutamakan kepentingan
kerajaan dan di pihak lain ia juga harus memikirkan kepentingan
keluarga. Ia betul-betul bingung dan tak tahu harus berbuat apa-
apa. Hatinya gundah memikirkan titah sang ratu.
“Ki Patih memanggil hamba?”
Tiba-tiba terdengar suara dari luar mengejutkan Patih
Logender, tetapi setelah tahu yang datang Damarwulan, hatinya
agak lega.
“Damarwulan menantuku, duduklah! Mengapa masih
memanggilku Ki Patih? Panggil bapak sajalah. Bukankah kamu
telah menjadi menantuku?” kalimat itulah yang justru keluar dari
mulut sang patih.
“Baik, Bapak.”
“Segeralah kamu berbenah. Ratu Ayu Kencana Wungu
memintaku untuk membawamu menghadap. Ada sesuatu yang
akan dibicarakan.”
“Maksud Bapak?” tanya Damarwulan ragu.
“Ratu Kencana Wungu memintaku supaya membawamu
menghadap,” Patih Logender mengulangi keterangannya,
“segeralah kita ke sana!”
“Hari ini juga, Bapak?”
“Iya,” jawab Patih Logender pendek.
2