Page 12 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 12

Setelah pembicaraan  selesai, Damarwulan  dan Patih
            Logender pun segera mohon diri. Mereka harus berjalan melintasi
            alun-alun utara sebelum sampai ke tempat pemberhentian kereta.
            Semilir angin menerpa tubuh kedua orang itu.

                  Begitu lembutnya embusan angin itu sampai-sampai Patih
            Logender  menguap  berkali-kali.  Tak  lama  kemudian, tampak
            seseorang  mendekat  dan  mempersilakan  Patih  Logender dan
            Damarwulan  menaiki kereta. Pelan-pelan  kereta itu mulai
            meninggalkan istana. Beribu pikiran bergelayut di kepala mereka,
            tetapi tak satu kata pun terucap. Mereka lebih baik berdiam diri
            membiarkan angan-angan melayang-layang.
                  “Damarwulan,  mengapa kedua adikmu tadi tidak
            kauusulkan agar menyertaimu ke Prabalingga? Yakinkah dirimu
            dapat  mengalahkan  Menak Jingga?  Bukankah selama  ini kau
            selalu kalah jika bertanding melawan Seta atau Kumitir?” Tanya
            Patih Logender memecah kesunyian.

                  Karena    mendapat    pertanyaan    yang    bertubi-tubi,
            Damarwulan  agak  gugup  untuk  menjawabnya,  “Maafkan  saya,
            Bapak.  Saya  sama  sekali  tidak  menduga  bahwa  Kanjeng  Ratu
            Kencana Wungu menugasi saya menangkap Adipati Menak Jingga.”

                  “Saya tadi seharusnya memberi  tahumu  terlebih
            dahulu  bahwa Kanjeng  Ratu  akan menugasimu menumpas
            pemberontakan itu.”

                  “Benar, Bapak, seandainya Bapak tadi memberi tahu hamba
            tentang hal itu, pasti hamba akan memohon kepada Kanjeng Ratu
            agar Layang Seta dan Layang Kumitir ikut menyertai hamba.”












                                          7
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17