Page 15 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 15
PERPISAHAN
Damarwulan langsung menuju ke ruang dalam. Tak lama
kemudian ia keluar lagi. Ia membuka pintu yang ada di sebelah
kiri. Dilongokkannya kepalanya ke dalam, tak lama kemudian
ditutupnya kembali. Tampaknya, Damarwulan sedang mencari
sesuatu.
“Dinda…, Dinda Anjasmara …. Dinda …, di manakah Dinda?
Damarwulan memanggil istrinya.
Karena tidak ada jawaban, Damarwulan kembali memasuki
kamar utama. Tak lama kemudian, ia keluar ruangan dengan baju
berbeda menuju ke ruang di belakang. Ruangan itu sebenarnya
tempat menyimpan bahan makanan untuk keluarga kepatihan.
Namun, tanpa sepengetahuan orang, tempat itu sering digunakan
Damarwulan untuk berlatih mematangkan jurus-jurus yang
telah dipelajarinya. Ia kadang harus mengulang berkali-kali cara
bertahan dan sekaligus menyerang lawan.
Kuda-kudanya betul-betul ia mantapkan. Sesekali ia
meloncat dengan kaki-kiri menjulur ke depan dan kaki kanan
ditekuk ke belakang. Sementara itu, kedua tangannya ditekuk
dan mengepal. Pada saat yang lain Damarwulan meloncat tinggi-
tinggi dan kemudian berputar di udara dua atau tiga kali sebelum
kakinya menginjak tanah.
Ketika malam gelap, Damarwulan mulai menghentikan
latihan. Sambil mengelap keringat yang membasahi tubuhnya, ia
berjalan santai meninggalkan ruangan itu. Desiran angin malam
mengusap wajahnya yang basah. Cucuran keringat yang hampir
membasahi seluruh tubuhnya, sedikit demi sedikit menjadi kering.
Ia sengaja memperlambat langkahnya dan matanya menebar
memandangi taman yang tampak remang-remang diterangi
cahaya rembulan.
10