Page 20 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 20
Namun, Damarwulan hanya mengajak Sabdapalon karena
Sabdapalon masih tampak gagah. Nayagenggong yang berbadan
gemuk dan lebih tua dari Sabdapalon diperintah Damarwulan
menjaga Anjasmara.
Ketika semburat fajar mulai tampak menguning, kokok
ayam pun mulai terdengar bersahut-sahutan. Bunyi genta
gerobak, klinting … klinting … klinting … sesekali mulai terdengar.
Anjasmara menggeliat ke kiri sambil tangannya mencari sesuatu.
Setelah itu, dia membuka mata sambil memandang sekeliling
ruangan.
“Kanda …, Kanda Damarwulan! Cari udara segar, yuk!”
kata Anjasmara pelan. Ia mengira Damarwulan sedang ke
pekiwan (kamar mandi). Namun, setelah yang ditunggu-tunggu
tak kunjung datang, ia segera bangkit dari pembaringan dan
menyusul ke belakang, tetapi di pekiwan ternyata kosong. Bahkan,
tak tampak pula bekas air yang digunakan. Anjasmara kembali ke
ruangan. Ia mulai was-was, jangan-jangan suaminya telah pergi
jauh berangkat ke Prabalingga. Untuk itulah, ia segera mencuci
muka dan berbenah diri.
Ketika sedang menyisir rambut, dipandanginya daun tal
kering yang tergeletak di atas meja. Begitu dilihat, ternyata daun
itu bertuliskan tembang macapat asmaradana (semacam puisi).
Anjasmara ari mami
mas mirah kulaka warta
dasihmu tan wurung layon
aneng kutha Prabalingga
prang tanding lan wuru bisma
karia mukti wong ayu
pun kakang pamit palastra.
15