Page 19 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 19

“Kanda, tegakah Kanda meninggalkan dinda dan bayi yang
            ada di dalam kandungan ini?”

                  “Apa, Dinda? Benarkah …, benarkah Dinda …?”

                  “Iya, Kakanda, menurut tabib kepatihan,  dinda sekarang
            mulai mengandung.”

                  Damarwulan  benar-benar  berbahagia  mendengar kabar
            bahwa  istrinya  mulai  mengandung.  Namun,  ketika  teringat
            perintah sang ratu, hati Damarwulan mulai gelisah lagi. Ia kemudian
            membimbing istrinya masuk  ke dalam  ruangan. Anjasmara
            menurut saja ketika tangan suaminya menggandengnya masuk ke
            dalam ruangan.

                  “Masihkah Kanda  berniat pergi berperang?”  Anjasmara
            bertanya manja.

                  Karena  tidak  tega  melihat  istrinya  bersedih,  Damarwulan
            pun akhirnya menentramkan hati istrinya.

                  “Anjasmara istriku, baiklah, kanda akan mempertimbangkan
            lagi titah sang ratu itu, Dinda.”

                  “Benar, ya, Kanda  …?”  tanya Anjasmara setengah tidak
            percaya.
                  “Iya ….” jawab Damarwulan sambil tersenyum.

                  Cengkrik dan ilalang  saling bersahutan pertanda hari
            semakin petang. Malam itu terasa panjang bagi Damarwulan. Ia
            membiarkan  istrinya  tertidur  di pangkuan.  Setelah  betul-betul
            terlelap, ditidurkannya istrinya ke tempat pembaringan.

                  Damarwulan  bergegas meninggalkan kepatihan.  Ia
            berencana pagi-pagi harus telah berada di luar kota raja. Sebelum
            dia meninggalkan  kepatihan, kedua pamannya Sabdapalon  dan
            Naya Genggong ingin ikut bersamanya.





                                         14
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24