Page 53 - KOTA CERDAS BERBASIS KEBUDAYAAN
P. 53

Dalam  kenyataannya  di  lapangan,  pesatnya  teknologi  komunikasi  tidak  diimbangi
           dengan produksi informasi tentang keunikan Yogyakarta - karena kelemahan dalam
           penyajian  informasi  tentang  kelebihan  dan  keunggulan  Yogyakarta,  maka  muncul
           fenomena sebagai berikut:
           1.   Pengetahuan tentang penamaan kawasan/kampung (toponame) dengan nama-
           nama  jabatan  atau  profesi  penting  penunjang  organisasi  Kraton  Ngayogyakarta
           Hadiningrat nyaris tidak diketahui oleh masyarakat umum, apalagi generasi muda.
           2.   Penamaan  jalan  dan  penanaman  vegetasi  tertentu  pada  poros  Panggung
           Krapyak,  Plengkung  Nirbaya,  Alun-Alun  Selatan,  Kraton,  Alun-Alun  Utara,
           Pangurakan,  Margomulyo,  Malioboro,  Margoutomo  sampai  Tugu  yang  merupakan
           poros  sumbu  “Garis  Imajiner”  yang  membujur  mulai  dari  selatan  (Parangkusumo)
           sampai  utara  (Merapi)  merupakan  falsafah  penting  keberadaan  Yogyakarta  yang
           mempunyai nilai filosofis tinggi sudah hilang dari pengetahuan dan ingatan publik.
           3.   Yogyakarta sebagai Ibukota Perjuangan Republik Indonesia (4 Januari 1946 -
           28 Desember 1949) meninggalkan jejak-jejak bersejarah yang sangat banyak, mulai
           dari Istana Kepresidenan, Kantor Kementerian, Instansi Militer, Pabrik Persenjataan,
           lokasi  gugurnya  Pahlawan  Kusumabangsa  dalam  peristiwa  pertempuran
           mempertahankan kemerdekaan. Dari wawancara dengan warga di sekitar situs-situs
           bersejarah, muncul fakta bahwa sebagian besar tidak mengetahui bahwa di lingkungan
           mereka adalah lokasi bersejarah penting, munculnya masyarakat amnesia sejarah.
           4.   Becak yang ada di Kota Yogyakarta sudah mengalami pergeseran segmentasi
           konsumen, yang dulunya sebagai alat transportasi rakyat dan umum, sekarang dengan
           adanya  kunjungan  wisatawan  yang  semakin  masif  membuat  becak  sebagai  alat
           transportasi yang “naik kelas”. Wisatawan baik lokal maupun mancanegara memilih
           menggunakan  becak  untuk  berkeliling  Kota  Yogyakarta  dengan  alasan  memorable
           karena  tidak  bisa  didapatkan  di  kota  asal  wisatawan  tersebut.  Dengan  semangat
           memburu  kecepatan,  sudah  banyak  penarik  becak  memodifikasi  becaknya,  dengan
           menempelkan  mesin  sepeda  motor  untuk  menggantikan  tenaga  manusia,  dengan
           mengabaikan segi keselamatan.
                Pola  informasi  Becak  Listrik  Android  (Belia)  -  merupakan  inovasi  Becak
           tradisional kayuh Yogyakarta yang dilengkapi piranti yang bisa mengakses informasi;
           destinasi,  akomodasi,  belanja,  kuliner  dan  agenda  pariwisata  melalui  peralatan
           smartphone  yang  terinstall  aplikasi  Android  Jogja  Istimewa  dengan  pilihan  dwi



                                        52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58