Page 57 - KOTA CERDAS BERBASIS KEBUDAYAAN
P. 57
1
KOTA CERDAS BERBASIS KEBUDAYAAN
Oleh: Haryadi Baskoro
Kota-kota di nusantara dan di seluruh dunia telah berlomba-lomba mengelola
perikehidupan urban secara cerdas. Apalagi setelah Kemkominfo RI menggulirkan
Gerakan Menuju 100 Smart City, tak kurang dari 50 wali kota dan bupati menyatakan
dukungan.
Dalam pembangunan smart city, Menkominfo RI Rudiantara menekankan
pemanfaatan teknologi informasi untuk melayani masyarakat. Menurutnya, kita harus
mendefinisikan dulu manfaat-manfaat apa saja yang akan diberikan kepada
masyarakat dan baru mencari teknologi informasi yang relevan. Gerakan smart city di
satu sisi mendorong kota-kota menyelesaikan berbagai persoalan urban secara cerdas
dan sisi lain memajukan potensi daerahnya secara cerdas pula.
Pengelolaan komunitas cerdas (smart city, smart regency, smart province)
yang telah menjadi tren sejak 2000-an sudah terbukti berhasil memajukan kualitas
kehidupan masyarakat. Riset McKinsey Global Institute (MGI) misalnya,
menunjukkan bahwa sistem smart city terbukti menjadi solusi digital (digital solution)
efektif di berbagai kota di seluruh dunia. Sistem smart city terbukti berdampak,
misalnya mengurangi insiden kriminalitas hingga 30-40 persen, mengurangi
pemborosan waktu dalam sistem transportasi hingga 15-20 menit, mengurangi
pemborosan pemakaian air hingga 25-28 liter per orang per hari
Jerat Pragmatisme
Secara antropologis, smart city adalah sebuah kebudayaan. Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks sistem gagasan, sistem perilaku, dan
henda-benda hasil karya manusia (budaya material) yang menjadi milik diri melalui
proses belajar. Perilaku serba digital dalam smart city ditopang oleh budaya material
berupa teknologi informasi dengan multi aplikasinya yang semakin canggih. Namun
sejauh ini, sistem gagasan yang melandasi perilaku digital dan memotivasi penciptaan
teknologi digital itu bersifat pragmatis. Alam pikir pragmatis menekankan
pengutamaan kebermanfaatan segala sesuatu, yaitu kebergunaan secara praktis
1
Dikembangkan dari artikel opini Haryadi Baskoro berjudul “Kota Cerdas Berbasis Kebudayaan” yang
telah dimuat di Rubrik OPINI Harian KOMPAS edisi 6 Agustus 2018, halaman 7.
56