Page 59 - Parpol: Kaya Uang, Miskin Ideologi
P. 59

yang  memiliki  dimensi  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang  tinggi.  Kita
           membutuhkan kota-kota berperadaban tinggi yang canggih dalam tekonogi informasi
           namun penduduknya berbudaya luhur. Adapun pragmatisme  yang  berorientasi pada
           kenikmartan  hidup  pada  waktunya  akan  memerosotkan  kualitas  kebudayaan  kita  di
           tengah kemajuan iptek.

           “E-learning”
                Supaya  smart  city  berbasis  kebudayaan,  sejarawan  UGM  Joko  Suryo
           mengingatkan pepatah lama “man behind the gun”. Teknologi informasi adalah alat,
           senjata,  budaya  materi  yang  harus  dikendalikan  oleh  manusia.    Hanya  manusia
           berbudaya luhurlah yang alam pikirnya diliputi gagasan-gagasan mulia - sistem nilai,
           filosofi, ideologi - yang arif dalam menciptakan, memilih, dan menggunakan senjata
           itu  dengan  baik.  Senjata  yang  sederhana  sekalipun,  jika  berada  di  tangan  penjahat,
           akan  menjadi  pemicu  petaka  yang  besar.  Apalagi,  senjata  canggih  yang  bernama
           teknologi digital itu.
                Pembagunan  smart  city  semestinya  sejak  awal  memposisikan  kebudayaan
           sebagai panglima dan teknologi digital sebagai alat. Kebudayaan membuat kita cerdas
           dalam  mencipta,  memilih,  dan  menggunakan  teknologi  digital  yang  tidak  sekedar
           memberi  kenikmatan  publik  (pragmatis)  namun  mencerdaskan  (kultural)
           masyarakat/bangsa.
                Sebagai contoh, dengan bantuan aplikasi digital seperti yang telah marak
           sekarang  ini,  kita  dengan  mudah  menemukan  arah  dan  lokasi.  Di  kota  Yogya
           misalnya,  aplikasi  digital  memudahkan  kita  menemukan  Jalan  Malioboro  yang
           berlokasi  di  pusat  kota.  Tetapi,  smart  city  berbasis  kebudayaan  semestinya  bukan
           hanya  memberi  kemudahan  navigasi,  tetapi  juga  memberi  petunjuk  yang  lebih
           mencerdaskan  lagi.  Sebab,  nama  jalan  Malioboro  adalah  bagian  integraal  tata  kota
           “sumbu filosofis” Yogya yang mengandung pesan moral yang sudah diapresiasi oleh
           UNESCO.  Malioboro  adalah  nama  ajaran  supaya  manusia  membuang  kejahatan
           “malima”  yaitu  madat  (mencandu,  narkoba),  madon  (seks  bebas),  main  (berjudi),
           minum  (kemabukan),  dan  maling  (mencuri,  korupsi).  Turis  asing  pun  akan  tertarik
           jika  mendapat  informasi  kultural  edukatif  seperti  itu,  sebab  mereka  tak  berkunjung
           sekedar mencari kemudahan.
                Pembangunan smart city berbasis kebudayaan semestinya bercirikan edukasi.
           Negara tidak hanya bertugas mensejahterakan tetapi juga mencerdaskan bangsa. Jika

                                        58
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64