Page 21 - PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN STRATEGI DIPLOMASI
P. 21

Persetujuan Roem-Royen. Isi Persetujuan Roem-Royen antara lain sebagai berikut:

                     a)    Pihak  Indonesia  bersedia  mengeluarkan  perintah  kepada  pengikut  RI  yang
                           bersenjata  untuk  menghentikan  perang  gerilya.  RI  juga  akan  Ikut  serta  dalam
                           Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, guna  mempercepat penyerahan

                           kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat (NIS), tanpa syarat.

                     b)    Pihak Belanda menyetujui kembalinya RI ke Yogyakarta dan menjamin penghentian
                           gerakan-gerakan  militer  dan  membebaskan  semua  tahanan  politik.  Belanda

                           juga  berjanji  tidak  akan  mendirikan  dan  mengakui  negara-negara yang  ada  di

                           wilayah  kekuasaan  RI sebelum  Desember 1948, serta menyetujui RI sebagai
                           bagian dari NIS.

                     Pemerintahan  Darurat  Republik  Indonesia  di  Sumatra  memerintahkan  Sri  Sultan
                     Hamengkubowono IX untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta  dari pihak Belanda.

                     Pihak tentara dengan penuh kecurigaan menyambut hasil persetujuan itu, namun Panglima
                     Jenderal Sudirman memperingatkan seluruh  komando kesatuan  agar  tidak  memikirkan

                     masalah-masalah perundingan.



                     Setelah  pemerintah  RI  kembali  ke  Yogyakarta,  pada  tanggal  13  Juli  1949

                     diselenggarakan sidang Kabinet RI yang pertama. Pada kesempatan itu,  Syafruddin
                     Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden  Moh. Hatta. Dalam

                     sidang kabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri  Sultan  Hamengkobuwono  IX

                     menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua Koordinator Keamanan.


                     E.  Konferensi Inter Indonesia
                     Belanda tidak berhasil membentuk negara-negara bagian dari suatu negara federal. BFO.

                     Namun di antara para pemimpin BFO banyak yang sadar dan  melakukan  pendekatan

                     untuk bersatu kembali dalam upaya pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini
                     terutama didorong oleh sukses yang diperoleh para pejuang dan TNI kita dalam perang

                     gerilya. Mereka sadar  hanya akan dijadikan alat dan boneka bagi kekuasaan Belanda.
                     Oleh karena itu perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda.



                     Sementara  itu,  Kabinet  Hatta  meneruskan  perjuangan  diplomasi,  yaitu
                     menyelesaikan masalah intern terlebih dahulu. Beberapa kali diadakan Konferensi




                                                                                                        20
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26