Page 23 - Buku Digital (HAKI)_Neat.
P. 23
Perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran Su rabaya
pelabuhan sebelum kedatangan pasukan musuh, hal ini mempersulit jalur masuk untuk
ke Surabaya.
Sudjarwo dan pasukannya menuju ke pasar-pasar untuk memberikan penjelasan
kepada para pedagang dan penjual makanan tentang arti “boikot” terhadap kaki tangan
NICA. Seluruh penjual makanan dan bahan makanan di dalam Kota Surabaya dan
sekitarnya dapat digerakan serentak untuk tidak melayani kebutuhan orang-orang
NICA. Bung Tomo sendiri bertugas mendekati dan ikut menyusun organisasi
pertempuran yang terdiri oleh kusir-kusir dokar, sopir-sopir becak dan pegawai-
pegawai berbagai jawatan, yang di dalam pertempuran-pertempuran melawan Jepang
telah terkenal sebagai “jago-jago” di kalangan mereka masing-masing.
Bung Tomo kemudian juga meninjau kesalahan dan kekurangan pada
pertempuran bulan Oktober 1945. Meninjau dengan memperbaiki kesalahan dan
kekurangan yang terbesar, antara lain: rakyat kurang mengetahui dan mengerti tentang
hal yang harus dihadapi. Rakyat hanya menyadarkan kekuatannya kepada keberanian
dan spontanitas. Hal ini dikarenakan para pejuang yang notabene bukanlah seorang
prajurit yang profesional, melainkan hanyalah rakyat biasa. Rakyat tidak mengerti cara
bertempur, menggunakan senjata api, dll. Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah
yang bisa membahayakan rakyat sendiri.
Contoh ketidakmengertian rakyat dalam menggunakan senjata adalah dalam
penggunaan granat tangan. Rakyat menggunakan granat tangan dengan melemparkan
granat tersebut tanpa mencabut dahulu kawat penguncinya. Oleh karena itu, granat
dilemparkan ke dalam gedung pasukan Inggris tapi tidak lama kemudian sebagian dari
granat tersebut dilemparkan kembali kepada rakyat sehingga meledak di tengah-tengah
rakyat. Hal tersebut mengakibatkan banyak rakyat yang terluka karena
ketidakmengertiannya dalam menggunakan senjata.
Berdasarkan pengalaman pertempuran pada bulan Oktober tersebut, Bung Tomo
selaku pucuk pimpinan pemberontakan rakyat Indonesia memanggil seluruh perwakilan
kampung-kampung yang ada di Surabaya. Hal tersebut dilakukan untuk diadakannya
latihan kilat perang gerilya. Terutama pelajaran menggunakan senjata. Kemudian dari
perwakilan tersebut disebarkan lebih lanjut kepada rakyat yang ada di segala pelosok
Kota Surabaya. Bung Tomo juga mengatur mengenai pendistribusian makanan untuk
para pejuang. Pengaturan pendistribusian makanan yang mengalir ke Surabaya
ditempatkan di pos jalan Mojopahit daerah Darmo dengan bantuan Isman dari BKR
Pelajar, agar sesuai dengan strategi pertahanan yang sedang disusun kembali. Tim
15
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI