Page 8 - Kerajaan Kerajaan Islam di Indonesia
P. 8
n
e
i
n
k
–
a
h
k
o
S S
e
l
B
a
h
J
e
(
p
g
)
a
n
a
I
P
P
N
o
y
a
g
Sekolah Bhinneka – PPI Nagoya (Jepang)
I
P
a
N
P
n
n
e
a
k
g
p
e
a
g
n
J
y
o
a
(
k
h
B
e
a
l
o
i
Sekolah Bhinneka –– PPI Nagoya (Jepang))
h
Peta Lokasi Kerajaan Ternate dan Tidore
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat
pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan
Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah persekutuan
daerah antara kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan
Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi
Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan
antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau
Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini
terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis
datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa Spanyol datang ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng
yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut berguna untuk melindungi
Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka
dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat
perlawanan dan salah seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis
tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan
tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan
pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas
Ternate.
Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan,
sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata
niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut.
Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin besar. Sultan
Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang melawan Portugis.
Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah Portugis berhasil dipukul mundur
dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate.
Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun 1578. Sultan
Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua, Mindano
dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat julukan
Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.
Kelas Flores: Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia 8