Page 13 - SD_Danau Laut Tador
P. 13

“Tador, cucuku jadilah anak yang berbakti, ya ...
            menurut  dan  tidak  banyak  menuntut  …,” kata  nenek

            di suatu senja di depan rumah. Seperti petang-petang
            sebelumnya,  nenek  memang  selalu  duduk  bersama

            Tador di beranda. Begitu magrib, mereka baru masuk.
            Mereka  menyiapkan  makanan  sembari  menanti  ayah

            dan ibu kembali dari ladang dan sawah.
                 “Nenek  ingin  jumpa  kakek, Cu,”  kata  nenek

            kemudian.
                 Tidak  lama  kemudian,  sang  nenek  menyusul

            suaminya. Dia meninggal di pembaringan dalam posisi
            tidur.  Sehabis  salat  subuh,  ayah  dan  ibu  bersiap

            berangkat ke ladang dan sawah, saat itulah diketahui
            nenek telah tiada. Nenek tidak bangun-bangun, padahal

            seperti biasa dia sudah harus menjaga Tador yang masih
            terlelap.  Ayah  dan  ibu berulang  kali  membangunkan

            nenek, tetapi tidak juga berhasil. Begitu ibu menyentuh
            tangan nenek, tangan itu sudah dingin. Ayah langsung

            memeriksa nadi nenek, dan semuanya telah terlambat.
            Seperti kakek, nenek juga meninggal sambil tersenyum.

                 Seketika rumah itu kembali berduka. Tador bangun
            ketika isak tangis terdengar keras. Ibu menjerit. Ayah

            terisak. Tetangga berdatangan. Pagi itu, sebelum zuhur,



                                           5
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18