Page 15 - Buku Sejarah Vostenlanden bab 2
P. 15

‘Gremet’ merupakan kata yang digunakan  apabila  seseorang bergerak

               sangat lambat. Menurut sejarah, konon asal mula kampung Gremet adalah
               dari kisah Ki Ageng Pandanaran dan Ki Ageng Pemanahan yang sedang

               berjalan dari tanah lapang (sekarang Stadion Manahan) menuju ke selatan.
               Tapi karena kelelahan mereka berjalan dengan pelan-pelan dan melewati

               suatu permukiman,  yang kemudian permukiman tersebut dinamakan
               Gremet. Namun tidak ada satu warga pun yang tahu sejak kapan nama

               Gremet itu mulai digunakan untuk menjadi nama kampung.
                       Bila dilihat berdasarkan oral history, kampung Gramet berasal dari

               ingatan kolektif masyarakat pada masa perang Diponegoro  wilayah ini
               digunakan  sebagai bagian  dari pertempuran. Fenomena yang ada

               menunjukkan bahwa sebagain besar dari pasukan yang ikut berperang
               bila melewati daerah ini dilakukan dengan gremet (berjalan merayap).

               Selain itu ingatan kolektif masyarakat juga menunjukkan bahwa sebagai
               bagian wilayah untuk jalan pertempuran banyak banyak rintangan yang

               mengharuskan setiap yang melintasi berjalan dengan cara gremet.
                       Ingatan  kolektif ini  menunjukkan  bahwa  dalam  proses  interaksi

               sosial, ingatan kolektif menjadi bagian yang turut  membentuk identitas
               bagi komunal dan pemukimannya. Sehingga apabila dalam konteks ini

               tidak mampu terbangun keselarasan dalam menguatkan ingatan kolektif
               dan  melahirkan  kesepakatan  bersama,  yang  terjadi  adalah  pergeseran

               dan konflik. Bukan tidak mungkin persinggungan yang berdampak negatif
               akan muncul apabila ada suatu entitas yang tidak terpuaskan, terasing-

               kan, atau tidak memiliki  keselarasan  dengan  kesepakatan  bersama
               tersebut.

                       Adanya kampung Gramet  telah menyadarkan  bahwa menjadi
               penting membangun suatu empati dalam kehidupan. Bukan hanya sekedar





                                                 7
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20