Page 100 - UKBM BIN XI Genap 2021
P. 100
BAPAK :Waktu
IBU :Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulanginya?
BAPAK :Satria!
IBU :Itulah. Bapak ini belum begitu tua kok sudah berusaha pikun. Tidak baik begitu
pak. Kalau kita melupakan kekejaman, kita akan mengulanginya.
BAPAK :Aku Cuma ingat bagaimana orang-orang menjauh ketika semua itu menimpa
kita. Orang yang malang malah dijauhi. Ada yang bilang. “Sorri aku baru menelpon sekarang,
ini pun dari telepon umum, karena aku takut teleponku disadap, aku harap semuanya baik-
baik saja.
Sorry, aku takut, aku punya anak kecil soalnya” hmmmh. Saudara-saudara menjauhi
semuanya. Takut, seperti kita ini punya penyakit sampar.
IBU :Habis begitu memang begitu caranya menilai. Pikiran kok dianggap menyatu
dengan darah.
BAPAK :Cara berpikir apa itu ya?
IBU :Cara berpikir orang bego!
BAPAK :Bego tapi berkuasa.
I IBU :Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat
tersinggung kalau orang berpikir lain.
BAPAK :Sangat tersinggung.
IBU :Sangat tersinggung. Maka mengamuklah dengan pentungan, penangkapan,
penculikan dan penganiayaan.
BAPAK :Kekuasaan yang kerdil.
IBU :Kerdil.
BAPAK :Kerdil.
TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON
APAK :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa.
Selamat malam.
IBU :Terror lagi?
BAPAK :Bukan. Memang salah sambung.
IBU :Dulu Satria sering diteror lewat telepon
BAPAK :Ya, aku tahu. Aku juga sering diteror, dikira Satria.
IBU :(setelah jeda) Ah, Satria. Satria….
LAMPU MEREDUP
1. Bacalah contoh drama di atas.
2. Menentukan struktur dan kaidah teks drama
3. Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.
4. Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan
kebahasaan.
7