Page 29 - BISMILLAH E-MODUL ROSA  SINTIA 1
        P. 29
     Aku  sudah  tak  berarti  lagi.  Pria  yang  aku  cintai  bertahun-tahun  mencapakanku
                  dengan tuduhan yang tak jelas, aku memulai pembicaraan”.
                         Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa kamu
                  akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia balik menatapku
                  tajam.  Aroma  alkohol  dari  mulutnya  jelas  tercium  saat  ia  bicara  “maafkan  aku..?
                  Sungguh  aku  minta  maaf,  menurut  ku  kamu  terlalu  lemah,  masalah  apapun  jangan
                  berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata
                  sembari  mengulurkan  tangannya  yang  ternyata  cuma  2  jari  yang  utuh,  Aku  mulai
                  merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran tangannya. “kaget
                  ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan
                  seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja
                  itu  sulit.  Harus  rela  kedinginan,  Di  gigit  nyamuk  dan  tempat  ku  tertidur  hanya  di
                  emperan toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari
                  tempat  lain  yang  menurutku  layak.  Maaf  bila  aku  mengambil  tas  mu.  Aku  butuh
                  makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong sampah sudah membusuk
                  karena hujan kemarin, Biasanya aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih
                  bisa  layak  ku  telan,  rasa  lapar  tak  akan  bisa  membuatmu  jijik.  Setiap  hari  saat
                  membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”Ia terdiam dan mengalihkan
                  pandanganya luas menembus angkasa,  langit malam ini. Aku hanya terdiam terpaku
                  dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati.
                       Bagaimana  mungkin  seandainya  sekarang  aku  berada  di  posisi  ini?  Aku  yang
                  terlahir  dari  keluar  sederhana  namun  penuh  kehangatan,  uang  bukan  masalah,  aku
                  hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya
                  cukup,  tapi  ternyata  itu  bukan  kebahagian,  itu  nafsu  sesaat,  Aku  memang  memiliki
                  segalanya  tapi  tidak  dengan  21  cinta,  selalu  ada  yang  kurang  setiap  hari.  Tanpa
                  kebersaman kita mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik
                  tangan  dan  menjabat  tangannya  kuat-kuat  yang  tinggal  dua  jari  meski  sedikit  risih
                  karena  aneh  menurutku.  Aku  memberinya  sedikit  pelukan  hangat.  Ia  tersenyum
                  memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas ku
                  padanya. “ambil lah. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari
                  ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup
                  harus  tetap  di  jalani.  Aku  sadar  masih  punya  segalanya,  bodoh  sekali  cuma  karena
                  cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku, belum tentu ia juga memikirkan hal
                                                             29





