Page 33 - BISMILLAH E-MODUL ROSA SINTIA 1
P. 33

Cermatilah kedua kutipan berikut dengan saksama untuk menjawab nomor 3&4!



                      Apakah  cinta  pantas  dikenang?  Apakah  cinta  dibangun  demi  memberikan

                      rasa  kehilangan?
                     Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku.

                        Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak
                     berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. Satu per

                     satu  menghilang  ke  dalam  gang  rumah  masing-  masing.  Seakan-akan  turut
                     mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan,
                     tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa

                     jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti tabung
                     dispenser,  menyapu  daun  kering  di  halaman,  atau  menyobek  kertas  tagihan

                     telepon yang kedaluwarsa.


               3.  Gaya bahasa pengarang yang menggunakan kata-kata indah terlihat pada kalimat….….
                     a.  Apakah cinta pantas dikenang?

                     b.  Tak ingin menulis surat atau meneleponmu.
                     c.  Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan?

                     d.  Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah.

                     e.  Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih
                         banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun
                         menyurut.

                  Perhatikan kutipan cerpen berikut untuk soal nomor 4 – 5!


                  “Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.
                  “Tentu  saja.  Seperkasa  apa  pun  perlawanan  kita,  ternyata  tetap  kalah  melawan  yang

                  berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat rumah Lik
                  Paijan yang siap diruntuhkan. Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki

                  tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris
                  terbakar,  suaranya  melengking-lengking  menolak  pengosongan  rumahnya.  Tetapi,

                  pelawanan  Lik  Paijan  pun  percuma  saja.  Beberapa  petugas  berbadan  tegap  mengangkat

                  tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit
                  lebih erat.

                                                             33
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38