Page 172 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 172

Berapa? Dua? Atau tiga? Laki-laki bagus itu sungguh keterlaluan.
          Rasa kantuk setelah begadang semalam di kamar rawat anakku

          hilang sama sekali.

                 Beberapa  kali  laki-laki bagus  melintas  di  hadapanku,
          tapi dia selalu bersama seseorang. Kami hanya saling menatap
          atau bertukar anggukan ringan. Seharian aku dibuat senewen

          dan berulang kali bergerak ke belakang meja, hanya untuk
          memastikan bungkusan itu masih ada di tempatnya. Entah seperti
          apa rupa bubur ayam itu karena aku belum menyentuhnya sama
          sekali.


                 Kesempatan itu baru datang  di sore hari.  Laki-laki
          bagus baru kembali dari musala dan perlahan menghampiriku.
          Gerakannya wajar dan terasa bersahabat, hingga aku terbawa
          dan berangsur tenang.


                 “Kaget, ya, Mas? Maaf … tapi saya pengin bantu Mas
          Mul. Saya tahu rasanya menunggu keluarga yang sakit. Butuh
          seberapa pun untuk pegangan, untuk beli obat atau kebutuhan
          mendadak lainnya. Mohon jangan ditolak, ya, Mas.”


                 Mendengar ucapan laki-laki bagus yang halus tertata
          membuat mataku memanas. Aku menggigit bibir kuat-kuat
          untuk menahan luapan perasaan, membungkusnya dalam
          senyum tertahan dan anggukan-anggukan kuat.


                 “Terima kasih ya, Pak! Terima kasih!”





          160   Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176