Page 39 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 39
infus setengah terisi tergantung di tiang infus, kateter tampak di
bagian bawah tempat tidur.
Pelan-pelan dia ambil kursi dan meletakkannya di samping
ibu. Tak kuasa Ekky melihat ibunya dalam kondisi seperti itu. Dia
pegang tangan kiri ibu, dia cium tangan lembut ibu. Air mata
mulai menggenangi kelopak matanya. Dia dekatkan kepalanya
ke sisi telinga kiri ibunya.
“Assalamu’alaikum, Ibu,” kata Ekky, “ini Ekky pulang Ibu.
Ekky kangen sama Ibu. Maafkan Ekky, dua bulan terakhir ndak
bisa pulang karena banyak kerjaan. Ibu segera sembuh ya. Ekky
ingin jalan-jalan sama Ibu. Ibu yang semangat ya. Ekky akan terus
menemani sampai Ibu sembuh dan bisa kembali pulang.” Air
mata menetes membasahi pipi Ekky.
Selanjutnya Ekky membacakan doa untuk ibu dan
membaca Al Fatihah. Dia terdiam beberapa saat. Dan ketika
dia kembali melihat kepada ibunya, dia melihat ada air mata
menetes dari mata kiri ibu. “Subhanallah. Ibu. Ekky yakin Ibu bisa
mendengar Ekky. Ibu ndak usah khawatir ya. Ekky sama bapak,
Mas Ian, Eni, dan Evi, akan selalu bersama Ibu di sini.” Ekky menyeka
air mata ibunya. Seorang perawat menghampirinya, memberi
isyarat untuk meninggalkan ruang ICU. Ekky mencium kening
ibunya, mencium kembali tangan kiri ibunya, mengucapkan
salam, dan pergi ke luar untuk menemui keluarganya.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 27