Page 100 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 100
bersama Arya. Kopi latte kesukaan Raina dan kopi hitam dengan
dua sendok gula untuk Arya.
Di tempat ini pula Raina dan Arya banyak berdiskusi dan
saling melempar argumentasi terkait pekerjaan. Terkadang rekan-
rekan kerja yang lain juga ikut berdiskusi. Tapi tak jarang mereka
akan menjauh apabila perdebatan memanas dan mendekati
jalan buntu. Tak hanya urusan kantor, di tempat inilah awal mula
dia dan Arya berbicara dan merangkai cerita masa depan.
“Laporanku sudah jadi, Mas,” kata Raina, sambil matanya
menatap ke gedung di depan kantor mereka.
“Jadi opsi apa yang diambil?” tanya Arya.
“Pemerintah harus mengatur secara rinci subsidi apa yang
akan diberikan ke perusahaan ekspedisi pelat merah itu. Kalau
itu belum selesai, kita nggak akan masuk dulu,” terang Raina.
“Wah, bagus itu. Jadi jelas, bisa tepat sasaran,” sahut Arya.
“Benar, sistemnya harus diperbaiki. Kita sudah diskusi dan
kasih alternatif ke manajemennya. Bisnis mereka harusnya bisa
makin berkembang, high potential., Apalagi kondisi sekarang
orang gila-gilaan belanja online, jaringan mereka sangat luas
sampai pelosok negeri, mereka harusnya bisa memanfaatkan
keuntungan itu dan melihat perkembangan kondisi terkini,” kata
Raina panjang lebar.
***
88 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”