Page 103 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 103
menutup jendela itu, dan segera merapikan cangkir-cangkir di
atas meja Raina.
Saat melangkah kea rah luar, Pak Asep berhenti di satu
meja yang dipenuhi rangkaian bunga. Pak Asep setia mengganti
air di vas untuk menjaga kesegaran bunga-bunga itu.
Dia mengambil seikat rangkaian bunga mawar di atas meja
yang baru datang siang ini, belum sempat dia memberinya vas.
Ada kartu di sana, Pak Asep membukanya perlahan, tulisan dari
florist terlihat rapi:
“Turut berduka cita atas meninggalnya Wisnu Arya Tama...”
Pak Asep tidak melanjutkan membaca kartu itu. Hampir
satu bulan berlalu sejak ruangan itu kehilangan Arya, rangkaian
bunga duka cita masih terus berdatangan tiap harinya. Pak Asep
yang selalu menerimanya, dan meletakkan bunga-bunga itu ke
dalam vas bunga.
Pak Asep sejenak terdiam menatap rangkaian bunga yang
memenuhi meja itu. Dia mencoba mengenyahkan segala pikiran
tak menentu di benaknya. Air mata mengambang di pelupuk
matanya yang penuh kerutan. Dia mengusap wajah tuanya,
menghalau pilu di dalam hatinya.
***
Sementara itu, di parkiran mobil. Raina tergugu, kepalanya
bersandar lunglai di atas stir mobilnya. Air mata deras jatuh
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 91