Page 52 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 52

Sebenarnya pilihan untuk menyewa bukan atas kemauanku,
          aku seperti diberi kode oleh ibuku untuk segera hengkang dari

          kediaman yang sudah aku tempati hampir tiga dekade itu.

                 Bahkan ketika aku hendak pindahan, tidak ada upacara
          atau  sejenisnya.  Namaku  seperti  sudah  dihapus  dari  kartu
          keluarga.  Tidak ada duka atau air mata padahal aku ingat

          betul, dulu ketika aku hendak melawat ke Negeri Kincir Angin
          dalam rangka short course selama enam bulan, ibuku tak kuasa
          menahan air matanya. Aku sampai diantarkan ke bandara dan
          orang tuaku bahkan sengaja tidak tidur semalaman suntuk demi
          melangsungkan upacara perpisahan singkat karena pesawatku

          berangkat paling pagi. Ada berbagai macam hidangan terlezat
          tersedia  di  atas  meja  makan  waktu  itu,  termasuk  makanan
          kesukaanku, lumpia. Kini, saat aku benar-benar akan menyewa

          rumah seorang diri, mereka menganggapnya biasa-biasa saja.

                 Sebelum  aku  pergi  meninggalkan  rumah,  aku sengaja
          meletakkan kue kesukaan ibu di dalam kulkas. Aku juga
          menaruh kunci mobil di gagang pintu kamar adikku ketika dia

          terlelap tidur. Biarkan adikku membawa mobilku. Aku berencana
          menyewa apartemen yang dekat dengan kantor sehingga mobil
          bukan kebutuhan mendasar bagiku. Tak terasa, cairan bening
          merembes membasahi pipi. Bayangan rumah putih menjauh.
          Kakiku seperti tertahan oleh raksasa gunung, berat sekali

          untuk melangkah jauh dari rumah. Andre, calon suamiku yang
          menjemputku.




          40    Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57