Page 53 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 53
Dia sudah tahu semua cerita dariku. Dialah satu-satunya orang
yang mendengarkanku.
Barangkali maut adalah nasihat terbaik buat keluargaku.
Malam itu, mobil yang dikemudikan Andre menabrak trotoar.
Guncangan hebat mengaduk-aduk perutku. Tak cukup
sampai situ, aku terpental jauh dari badan mobil karena tidak
mengenakan sabuk pengaman sementara Andre masih tetap
di posisinya. Lantas bukan apartemen tempatku beristirahat
kemudian melainkan rumah sakit dengan segala macam alat
terpasang di sekujur tubuh.
Aku berada di ujung jurang. Aku sudah merasakan tanda-
tanda malaikat maut akan menjemputku pulang, bukan pulang
ke rumah melainkan ke tempat asalku yang sesungguhnya. Mana
lagi kalau bukan di dalam tanah. Manusia berasal dari tanah
dan akan kembali pun ke dalam tanah bukan kantor tempatnya
bekerja. Meskipun aku merasa harus ke kantor pagi-pagi sekali
karena setumpuk berkas audit menantiku.
Di saat sisa-sisa akhir umurku, aku tidak pernah menyesal
atas segala tugas profesionalitasku. Aku tidak takut jika
nantinya Tuhan menimba amalku, aku sudah berbuat jujur dan
berintegritas tinggi. Aku siap diadili di pengadilan Tuhan. Selama
ini aku bekerja di BPK bukan hanya untuk diriku sendiri namun
juga untuk kebaikan bangsa. Aku tidak ingin, hak-hak yang
semestinya disalurkan ke rakyat malah lari ke kantong orang-
orang licik.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 41