Page 57 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 57

selalu menolak apa saja yang aku tawarkan. Mulai dari makanan,
            minuman, sampai usulan antar jemput dari kantor ke hotel

            tempatnya menginap, ditolak mentah-mentah. Bahkan, segelas
            air mineral yang aku suguhkan kemarin pun tidak pernah
            disentuhnya. Iya, aku tahu dia pegawai BPK RI yang sepertinya
            didoktrin untuk tidak menerima apapun yang diberikan oleh
            pihak yang diaudit.  Tapi, ya, tidak begitu juga caranya. Aku

            hanya ditugaskan untuk mendampingi dan melayani tamu yang
            sedang bekerja di kantorku. Apa aku salah kalau menjamu tamu?

                                           ***


                    Seperti biasa, siang ini aku kembali ke ruangan tempat
            Sigit bekerja. Dari sudut pintu terlihat dia masih sibuk memeriksa
            tumpukan berkas laporan keuangan kantor. Mataku beralih ke
            meja yang ada di pojok ruangan. Di atas meja sudah tersedia
            makanan ringan dan minuman yang sudah aku siapkan sejak

            pagi tadi.  Ternyata posisi makanan dan minumannya tidak
            berubah, masih sama dengan tadi pagi. Artinya, Sigit sama sekali
            tidak menyentuh apa yang sudah aku suguhkan. Aku mendengus

            dan berbalik meninggalkan ruangan. Dengan langkah cepat aku
            bergegas ke ruangan Pak Zaid.

                    “Ada apa, Wita?” tanya Pak Zaid ketika melihatku masuk
            ruangan dengan nafas tersengal-sengal.

                    “Saya sudah enggak tahan, Pak. Saya mundur saja jadi

            pendamping auditor!” ujarku dengan nada emosi.




                                               Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”  45
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62