Page 56 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 56
“Enggak usah, Mbak. Untuk makan siang, nanti saya bisa
beli sendiri,” jawab lelaki tadi sambil kembali menatap layar
laptopnya. Sesekali mengetik, sesekali menggulir tetikus yang
ada di samping laptopnya.
“Tapi, Mas. Saya disuruh Pak Zaid untuk belikan makan
siangnya Mas, lho,” aku berargumen.
“Enggak usah merepotkan, Mbak. Nanti saya beli sendiri
pakai aplikasi online. Terima kasih tawarannya, ya, Mbak,”
jawabnya lagi.
Aku menghela nafas sebentar, lalu pamit keluar dari
ruangan dengan perasaan kesal. Aku kesal. Benar-benar kesal.
***
Namanya Sigit. Sigit Purnama, lengkapnya. Dia adalah
pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang sedang
bertugas di kantor tempatku bekerja. Sudah tiga hari ini aku
selalu berinteraksi dengan lelaki yang katanya menjabat sebagai
auditor itu. Aku memang ditugaskan oleh Pak Zaid, atasanku di
kantor, untuk mendampingi kegiatan audit keuangan kantor
selama lima hari ke depan.
Selama interaksi itulah, meskipun hanya tiga hari, aku
bisa menyimpulkan kalau Sigit adalah orang yang menyebalkan.
Meski dia punya wajah lumayan ganteng untuk ukuran standar
laki-laki Indonesia, tetap saja menyebalkan. Bayangkan, dia
44 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”