Page 83 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 83

“Kopi hitam pahit dan telo goreng.”  Kamu bahkan tak
            perlu  mengucapkan  detail  pesanan.  Aku  sudah  mencatat  dan

            mengingatnya dalam kepalaku. Otak ini telah menyimpan hal
            itu dengan senang hati. Dan mengirim sinyal kepada kedua
            tanganku untuk melaksanakan perintah.

                    Klotak. Kuletakkan lepek di atas meja dengan gemetar.

                    “Kamu sakit, Nik?”


                    Aku terkesiap kaget, pertanyaanmu itu tak terduga. Aku
            tak tahu harus menjawab apa. Jadi aku cuma bisa menggeleng.

                    “Kamu gemeteran. Sarapan dulu sana. Atau ngopi?

            Ngeteh? Bentar lagi bakalan banyak yang mau ngopi di sini.”
            Kamu melirik gedung besar di seberang jalan. Aku mengikuti arah
            pandanganmu. Tak ada alasan untuk takut karena memandang
            gedung bertuliskan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
            Indonesia itu. Aku bukan politisi yang harus diperiksa harta

            benda dan penghasilannya. Juga bukan pegawai negeri sebuah
            instansi pemerintah yang harus diperiksa laporan keuangannya.
            Namun mendengar berita-berita tak sedap tentang kantor itu di

            televisi, ternyata bisa membuatku gugup juga.

                                           ***

                    Tela goreng baru saja habis terkunyah masuk ke perutmu.
            Jemarimu baru saja hendak memegang cangkir kopi, ketika
            terdengar dering ponsel dari balik saku baju. Alismu tiba-





                                               Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”  71
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88