Page 17 - e-modul asam basa berbasis SI
P. 17
E-modul Asam Basa
Keterbatasan Teori Arrhenius
Jika kita hanya berpedoman pada konsep asam basa Arrhenius maka ada
beberapa fenomena reaksi yang mengalami salah penafsiran, Yaitu:
1. NaOH + HCl → NaCl + H O
2 (aq)
(aq)
(aq)
(aq)
. 2. NH + HCl → NH Cl
(aq)
(aq)
3
4 (aq)
+
Pada reaksi 1, ion hidroksida dari NaOH bereaksi dengan ion H dari HCl untuk
membentuk natrium klorida. Hal ini sesuai dengan prinsip penetralan Arrhenius
+
-
bahwa OH dari basa akan bereaksi dengan H dari asam. Sedangkan pada
+
-
reaksi 2, tidak adanya reaksi antara OH dan H dari asam ataupun basa untuk
membentuk garam ammonium klorida. Ammonia bersifat basa, ketika ammonia
direaksikan dengan air akan terjadi reaksi :
+
NH + H O ⇄ NH + OH _
(aq)
(aq)
2
4
(aq)
(aq)
3
Reaksi ammonia dan air merupakan reaksi reversible, dalam larutan ammonia
tertentu sekitar 99% ammonia tetap berada sebagai molekul ammonia. Namun
ketika ammonia direaksikan dalam air, ion hidroksida tetap dihasilkan. Reaksi ini
dikategorikan sebagai basa menurut Arrhenius. Namun ketika kita
memperhatikan reaksi pembentukan garam NH4Cl, terlihat tidak adanya ion
4
OH- yang dihasilkan karena reaksi tersebut tidak terjadi dalam larutan. Jika kita
berpedoman pada teori Arrhenius, reaksi tersebut bukan tergolong reaksi asam
ataupun basa. Pada kenyataannya, reaksi tersebut akan menghasilkan produk
yang sama ketika direaksikan dalam bentuk larutan.
Berdasarkan analisis, dapat dikatakan bahwa teori asam basa Arrhenius hanya
mengkategorikan reaksi asam basa yang terjadi pada larutan, asam adalah zat
-
+
yang menghasilkan H+ dan basa adalah zat yang menghasilkan OH+. Ketika
melihat suatu senyawa, jika didasarkan pada teori ini digunakan hanya
berdasarkan visualisasi sederhana, CH3COOH termasuk kategori basa karena
3
_
mengandung spesi OH- padahal CH3COOH merupakan asam asetat. Ketika
3
diionisasikan akan menghasilkan :
- +
CH COOH → CH COO + H (aq)3 (aq) 3 (aq)
berbasis Socio-Scientific Issues 7