Page 29 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 29

dorong untuk mendirikan  bangunan yang akan berkontribusi pada
            perkembangan perilaku masyarakat, kesehatan, dan kesejahteraan. 13


            2.  Neurosains dan ilmu lingkungan, dikenal sebagai environmental
                neuroscience.
            Environmental neuroscience  menjadi disiplin baru untuk mema hami
            bagaimana hubungan dua arah antara lingkungan (terutama biologi)
            dan otak manusia. Pendekatan I ini mempertimbangkan faktor-faktor
            yang bervariasi di berbagai skala temporal (waktu) dan spasial (ruang)
            yang berinteraksi untuk menghasilkan peri laku, misalnya sinapsis,
            sirkuit saraf, kognisi, interaksi sosial lokal, interaksi sosial di seluruh
            kota, dan struktur fisik di seluruh kota, dikaitkan dengan perilaku.
            Level analisis berjenjang ini memberikan kajian yang luas dan terpa-
            du bagaimana lingkungan berinte raksi dengan otak manusia. Kajian
            bidang ini juga meliputi polusi sensorik antropogenik, seperti kebisin-
            gan pendengaran yang menyebabkan risiko kesehatan masyarakat,
            termasuk penyakit kardiovaskular, gangguan tidur, dan defisit kogni-
            tif. Kota yang penuh cahaya buatan telah mengubah irama sirkadian
            manusia dengan risiko, mulai dari gangguan tidur hingga gangguan
            emosi. Itu sebabnya para ahli bidang ini mulai berbicara tentang Kota
            Biofilik.
                Dalam  skala kecil terkait  tanaman  dan  pepohonan,  para  ahli
            mencatat ada kurang lebih 85.000 bahan kimia di lingkungan yang
            berdampak pada kesehatan dan gangguan otak. Pepohonan mengan-
            dung sejumlah zat kimia pemicu penciuman yang secara umum dise-
            but Phytoncides. Bahan kimia ini menghasilkan bau-bauan yang cen-
            derung berbeda dari hutan ke hutan. Konsentrasi phytoncides atmosfer
            di hutan sangat rendah dan bervariasi, tergantung pada banyak faktor,
            seperti musim, iklim, dan komposisi hutan. Bau umumnya dianggap
            berhubungan dengan naluri, emosi, dan preferensi, dan memiliki pe- Buku ini tidak diperjualbelikan.
            ngaruh yang lebih besar pada perubahan fisiologis daripada rangsangan

            13   Buku rujukan neurosains dan arsitektur, antara lain H. F. Mallgrave, The Archi-
              tect’s Brain: Neuroscience, Creativity, and Architecture, New Jersey: Wiley-Black-
              well, 2010): 123–188. Lihat juga J. P. Eberhard, Brain Landscape: The Coexistence
              of Neuroscience and Architecture, (Oxford: Oxford University Press, 2009): 168–
              179 yang membahas hipotesis desain berbasis neurosains.

            10    Neurosains Spiritual: Hubungan ...
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34