Page 40 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 40
jantung, diabetes, asma, dan migrain—pada orang yang hidup dalam
jarak setengah mil dari ruang hijau. Banyak area kortikal dan subkorti-
kal otak yang dipengaruhi oleh alam .
22
Hubungan timbal balik manusia dengan alam yang saling mem-
beri akan membuat sebuah hunian menjadi tempat nyaman untuk
dihuni. Lingkungan tempat kita hidup akan mendefinisikan identitas
kita. Dapat mengubah cara pandang kita tentang dunia. Cara pandang
fragmentaris—bahwa kita adalah subjek dan alam adalah objek—ada-
lah cara berpikir yang mengarah pada kehancuran kedua belah pihak.
Kita sering lupa bahwa alam adalah sahabat terbaik sejak kita berada
pertama kali di muka bumi ini. Alam, tempat kita hidup, memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap anatomi tubuh dan cara berpikir
kita. Interaksi manusia dengan alam adalah salah satu kunci mema-
hami bagaimana pelbagai dinamika kehidupan manusia. Menjadi ba-
gian dari alam semesta adalah kesadaran penting yang harus dibangun.
Penyatuan dengan alam lebih dari sekadar menghormati alam karena
‘penyatuan’ melukiskan kesatuan, kesatuan yang disatukan oleh suatu
dinamika dan tujuan yang sama dalam kehidupan. Sejumlah istilah
seperti deep ecology, extinction of experience, inclusion of nature in self,
dan connectedness to nature muncul karena kesadaran mendalam ten-
tang bagaimana kita harus memperlakukan alam. Ini yang saya maksud
dengan kedermawanan alam.
Bahasan ketiga membahas tentang bangunan (Healthy Home)—
teristimewa bangunan tempat kita tinggal—menyambung cerita dalam
Bahasan kedua, terutama kesatupaduan dengan tanaman. Tanam an
dan bangunan adalah dua komponen dalam satu areal. Dalam pan-
dangan saya, bangunan yang buruk adalah bangunan yang tidak ada
tanaman di dalamnya. Tanaman harus menjadi bagian dari desain
bangunan. Sebagaimana ada cahaya buatan dalam bangunan Anda, Buku ini tidak diperjualbelikan.
hadirkan pula hutan buatan dalam bangunan Anda. Menghidupkan
kembali hubung an manusia dengan alam—melalui bangunan yang
dibangun—adalah tantangan desainer dan arsitek saat ini. Fitur-fitur
22 Maas, dkk., “Morbidity is Related to a Green Living Environment,” Journal of
Epidemiology and Community Health (1979-) 63, no. 12 (2009): 967–73. http://
www.jstor.org/stable/20721102
Pendahuluan 21