Page 23 - FISKA FATRISIA KUSUMA_1923025012_E-BOOK INTERAKTIF PENCEMARAN PBL
P. 23
Sutomo Suyono menyatakan siap mengikuti petunjuk DLH metro soal mekanisme penanganan
limbah berupa oli bekas. Kesediaan ini sebagai bentuk tanggungjawab terhadap kebersihan
lingkungan setempat.
Permasalahan 2
Sampah Plastik di Masa Pandemi Covid-19
Jakarta, Humas LIPI. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan peraturan yang
dikeluarkan untuk menekan penyebaran dan penularan pandemi COVID-19. Tidak dapat
dipungkiri penerapan PSBB berdampak pada beberapa sektor, terutama ekonomi yang
mengalami penurunan. Namun di sisi lain, presentase belanja online dan penggunaan layanan
pesan antar (delivery) meningkat saat PSBB.
Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI merilis hasil studi
terkait ‘Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik di kawasan JABODETABEK’
yang dilakukan melalui survei online pada
tanggal 20 April-5 Mei 2021. Hasil survei
menunjukkan bahwa mayoritas warga
Jabodetabek melakukan belanja online yang
cenderung meningkat. Dari yang sebelumnya
hanya 1 hingga 5 kali dalam satu bulan,
menjadi 1 hingga 10 kali selama PSBB/WFH.
Begitu pula dengan penggunaan layanan
delivery makanan lewat jasa transportasi
online. Padahal, 96% paket dibungkus dengan Video 7. Tumpukan sampah di masa pandemi
plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble Covid-19
wrap. Selotip, bungkus plastik, dan bubble Sumber: https://youtu.be/ZhWJ_LoRBqI
wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan. Bahkan di
kawasan Jabodetabek, jumlah sampah plastik dari bungkus paket mengungguli jumlah sampah
plastik dari kemasan yang dibeli.
Akibatnya Banyak limbah pemukiman dikawasan Jabodetabek dipenuhi sampah plastik yang
bercampur dengan limbah domestik (rumah tangga). Limbah tersebut berupa sampah organik
dan anorganik. Sampah organik seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan yang
sudah membusuk. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik mengandung bahan kimia
berbahaya seperti: dioksin, Hexachlorobenzene (HCB), klorin, timbal (Pb), merkuri (Hg), seng
(Zn). asenik (As), dan lain – lain dikarenakan sulitnya plastik untuk diuraikan bersamaan
dengan mikroorganisme. Plastik memerlukan waktu sekitar 100 tahun bahkan hingga 500
tahun, agar dapat terurai secara sempurna bersamaan dengan tanah.
Namun, kesadaran masyarakat belum dibarengi dengan aksi nyata. “Hanya separuh dari warga
yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik
dan menambah beban tempat pembuangan akhir selama PSBB/WFH,” ujar peneliti Pusat
Penelitian Oseonografi LIPI, Intan Suci Nurhati. Intan mengajak setiap individu untuk
melakukan aksi nyata dalam mengurangi sampah plastik selama PSBB/WFH.
Ilmu Pengetahuan Alam Semester II | 16