Page 35 - e-modul berbasis SSI
P. 35

dari  Mataram,  ibu  kota  NTB.  Di  desa  ini  terdapat  puluhan  industri  rumah  tangga

               tenun songket. Seluruh penenun adalah kaum perempuan (Aminy, 2019).















                              a                                               b                                                   c
                Gambar 9. contoh beberapa motif tenun desa sukarara: a. subahnale b. kembang komak c. ragi genep
                                                  (sumber: kompas.com)


                       Harga  sehelai  kain  tenun  bervariasi,  tergantung  dari  bahan  benang  dan
               motifnya. Harga kain di Balai Kesenian Tradisional Mataram pun lumayan miring.

               Kain dengan motif yang cukup rumit dengan warna yang beragam, jelas lebih mahal
               dibandingkan motif sederhana dengan dua warna benang. Dari waktu pembuatan,

               kain  bermotif  rumit  membutuhkan  waktu  yang  lebih  lama,  bisa  satu  bulan  untuk
               kain berukuran 60 cm dan panjang 200 cm. Untuk menenun satu helai kain, rata-

               rata diperlukan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Harga kain hasil tenunan kaum

               perempuan di Balai Kesenian Tradisional ini berkisar Rp 50.000 hingga Rp 4 juta
               per lembar (Aminy, 2019).

                       Bahan  untuk  membuat  motif  tenun  sukarara  berasal  dari  benang  berwarna
               yang  disesuaikan  dengan  keinginan,  biasanya  menggunakan  pewarna  alami  yang

               banyak  dipakai  di  daerah  Nusa  Tenggara  Barat  antara  lain:  Mangifera  Indica
               (mangga)  untuk  warna  hijau,  Indigofera  Tinctori  (Tarum)  untuk  warna  biru  dan

               hitam,  dan  Swietenia  Mahagoni  (Mahoni)  untuk  warna  coklat  kemerahan,  kulit
               manggis,  kulit  manga  sampai  kulit  kelapa  muda.  Warna  yang  dihasikan  juga

               dipengaruhi dari jenis bahan fiksasi yang digunakan yaitu tawas, kapur dan tunjung.
               Namun  untuk  beberapa  alasan  saat  ini  banyak  pengrajin  yang  menggunakan

               pewarna sintetis karena lebih mudah di dapat, murah harganya dan penggunaannya

               lebih praktis (Burhanuddin dkk, 2022). Sementara pewarna berbahan sintetis yang
               digunakan dalam skala besar di dunia telah menunjukkan dampak pencemaran yang

               berbahaya bagi manusia.

               29
                                                               Modul pembelajaran IPA – Perubahan Zat
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40