Page 148 - RBDCNeat
P. 148
mengajarkanku menulis dan membaca. Guru-guru di sana
pun senang karena akhirnya aku bisa bersekolah lagi di situ.
Aku sangat bersemangat dan rajin masuk sekolah. Namun.
aku kembali harus menelan pil kekecewaan karena kejadian di
sekolah yang kemarin harus kembali aku alami di sini. Pihak
sekolah memberiku materi pelajaran SLB, bukan pelajaran
umum, padahal kepala sekolah sudah bilang kalau aku harus
mengikuti pelajaran umum.
Tapi himbauan dari kepala sekolah tersebut tidak
dihiraukan oleh para guru yang menjadi wali kelas ku. Meski
demikian, aku terus bersekolah, walaupun dalam benak ini
sempat terbersit fikiran, "Pada akhirnya nanti aku sendiri yang
akan kebingungan ketika ujian tiba."
Lambat laun aku mulai dihinggapi perasaan malas untuk
masuk sekolah, terutama pada hari Jumat dan Sabtu. Pada dua
hari itu sering digunakan untuk berolah raga dan jalan-jalan
di sekitar lingkungan sekolah. Aku pernah berangkat sekolah
pada hari Jumat. Pada saat itu, teman-teman ku yang lain jalan-
jalan, aku tidak dibawa dan hanya menungggu di sekolah.
Kata guru-guru mereka kasihan kepadaku, takut capek
kalau diajak jalan-jalan. Aku hanya bisa diam dan memendam
tangis. Kalau mampu ingin rasanya aku menjerit, “Ya Allah...
mengapa aku begini, padahal aku juga bisa berjalan? Mengapa
aku harus menunggu seperti ini? Kalau seperti ini, apa bedanya
dengan sekolah umum? Padahal ini SLB, seharusnya bisa
memahami kondisi siswa-siswinya.”
112 | Roda Berputar dalam Cahaya