Page 88 - Buku SKI XII MA
P. 88

2. Perjuangan Umat Islam  pada Masa Kebangkitan Nasional

                     a. HOS Cokroaminoto atau Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (w.1934 M)

                                                          Lahir  di  Ponorogo,  Jawa  Timur,  6  Agustus
                                                          1882  dan  meninggal  di  Yogyakarta,  17

                                                          Desember  1934  pada  umur  52  tahun.
                                                          Tjokroaminoto  adalah  anak  kedua  dari  12
                                           https://tirto.id
                                                          bersaudara   dari    ayah    bernama    R.M.
                              Gambar 4.4 HOS Cokroaminoto
                        Tjokroamiseno,  salah  seorang  pejabat  pemerintahan  pada  saat  itu.  Kakeknya,
                        R.M.  Adipati  Tjokronegoro,  pernah  juga  menjabat  sebagai  bupati  Ponorogo.

                        Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid
                        yang  selanjutnya  memberikan  warna  bagi  sejarah  pergerakan  Indonesia,  yaitu

                        Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang
                        agamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih.

                              Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat

                        Islam.  Sebagai  pimpinan  Sarikat  Islam,  HOS  dikenal  dengan  kebijakan-
                        kebijakannya  yang  tegas  namun  bersahaja.  Kemampuannya  berdagang

                        menjadikannya seorang guru yang disegani karena mengetahui tatakrama dengan

                        budaya yang beragam. Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai bentuk protes
                        atas para pedagang asing yang tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh

                        HOS dianggap sebagai organisasi yang terlalu mementingkan perdagangan tanpa
                        mengambil daya tawar pada bidang politik. Dan pada akhirnya tahun 1912 SDI

                        berubah  menjadi  Sarekat  Islam,  SI  digiring  menjadi  partai  politik  setelah
                        mendapatkan status Badan Hukum pada10 September 1912 oleh pemerintah yang

                        saat  itu  dikontrol  oleh  Gubernur  Jenderal  Idenburg.  SI  kemudian  berkembang

                        menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat
                        Jawa-Madura  saja.  Kesuksesan  SI  ini  menjadikannya  salah  satu  pelopor  partai

                        Islam yang sukses saat itu.
                              Perpecahan  SI  menjadi  dua  kubu  karena  masuknya  infiltrasi  komunisme

                        memaksa HOS Cokroaminoto untuk bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama
                        rekan-rekannya  yang  masih  percaya  bersatu  dalam  kubu  SI  putih  berlawanan

                        dengan  Semaun  yang  berhasil  membujuk  tokoh-tokoh  pemuda  saat  itu  seperti

                        Alimin, Tan Malaka, dan Darsono dalam kubu SI Merah. Namun bagaimanapun,
                        kewibawaan  HOS  Cokroaminoto  justru dibutuhkan  sebagai  penengah  di  antara








               76   SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93