Page 27 - Renungan El Bethel - November 2022
P. 27
A
T
H
E
R
A
N Y
B
N
G
A
I
M
M
I
P
M
B
A
E
I H
P
PEMIMPIN YANG BERHATI HAMBA
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia.
Filipi 2:7
Bacaan: Filipi 2:1-11
el
elum lama ini, ada seorang teman menceritakan pengalamannya bekerja di sebuah tempat
m
u
usaha yang bisa dikatakan maju. Ada banyak sisi negatif dan positif ketika dia bekerja
B Bdisana. Dari sistem terlalu ketat, direksi yang sedikit berlebihan dalam menerapkan standar
operasional, sampai ke pegawai-pegawai yang jujur, dan banyak hal yang bisa dia pelajari disana.
Hingga akhirnya, sampailah ceritanya pada saat dia bertemu dengan pemimpin usaha itu.
Awalnya, teman saya ini tidak ngeh (mengerti) kalau beliau adalah pemimpin (atau bisa
disebut juga pemilik) dari usaha itu. Saya pun bertanya “Bagaimana bisa? Dia kan owner-
nya? Mana mungkin kamu tidak bisa mengenali?”. Dan teman saya menjawab “Karena dia
tidak kelihatan seperti pemimpinnya.”
Jawaban teman saya membuat saya ingin menggali “kenapa dia bisa beranggapan seperti
itu?”. Ternyata, karena pemimpin perusahaan tersebut punya sikap mau melayani.
Saya tidak punya kata-kata yang lebih baik dari itu ketika mendengar teman saya
menceritakan sikap pemimpinnya. Tapi ketika mendengar cerita teman saya, saya teringat
sebuah kalimat yang menjadi judul dari renungan ini. Kadang, dengan banyak hal yang kita
miliki, kita menjadi lupa kalau kita ini hanyalah hamba. Setiap apa yang ada di tangan kita
hanyalah anugerah yang Tuhan titipkan pada kita untuk kita kelola.
Dalam perjalanan hidup kita, di waktu-waktu kita sedang berjalan untuk menggenapi
panggilan Tuhan, menjadi pebisnis yang tidak cinta uang, teknisi yang handal dibidangnya,
politikus yang tidak memakan uang rakyat, atau apapun panggilan hidup kita, kita harus
terus belajar mengosongkan diri seperti yang Yesus teladankan.
Kita tidak akan pernah bisa menggenapi panggilan Tuhan dalam hidup kita kalau kita tidak
punya sikap hati melayani. Ketika Yesus turun ke dunia untuk menebus dosa umat manusia,
Yesus tidak hanya sedang melayani Bapa, tapi Yesus melayani kita – umat manusia. Ketika
kita belajar mengosongkan diri kita, kita meletakkan ego kita, kita meletakkan apa yang
kita punya, kita sedang melayani Tuhan dan sesama.
Jesus first, other second and you last.
PERENUNGAN
1. Apakah kita masih sering mementingkan diri kita sendiri? JUMAT
2. Maukah kita sama-sama belajar mengutamakan Yesus dan sesama dalam hidup kita?
JUMAT
DOA
“Tuhan, terima kasih Engkau sudah menjadi teladan dalam hidup kami. Ajari setiap kami 25 N
punya hati hamba seperti-Mu. Kami hanya mau Yesus yang terlihat dihidup kami. Kami hanya
mau kerinduan Tuhan yang ada di hati kami. Kami hanya rindu, setiap orang merasakan
kasih Yesus.” OVEMB
(Kezia G.) ER 2
0
2
2