Page 3 - literasi 2
P. 3

Suaminya  begitu  sedih.  Sepanjang  hari  dia

               menangisi istrinya yang kini terbujur tanpa daya. Karena

               tak  ingin  kehilangan,  petani  itu  tak  mau  mengubur


               tubuh  istrinya  yang  amat  dicintainya  itu.  Dia  ingin

               menghidupkan kembali istrinya.



                      Esok harinya suami yang malang itu menjual semua

               miliknya dan membeli sebuah sampan. Dengan sampan


               itu dia membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju

               tempat yang diyakini sebagai persemayaman para dewa.

               Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu


               pikirnya.            Meskipun                tak        tahu          persis          tempat

               persemayaman  para  dewa,  petani  itu  terus  mengayuh

               sampannya.  Dia  mengayuh  dan  mengayuh  tak  kenal


               lelah.          Suatu           hari,        kabut           tebal          menghalangi

               pandangannya  sehingga  sampannya  tersangkut.  Ketika

               kabut menguap, di hadapannya berdiri sebuah gunung

               yang amat tinggi, yang puncaknya menembus awan. Di


               sinilah tempat tinggal para dewa, pikir Petani. Dia lalu

               mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.



                      Dalam  perjalanan  dia  bertemu  dengan

               seorang lelaki tua. “Kau pasti dewa penghuni


               kayangan  ini,”  seru  si  petani  dengan

               gembira. Dikatakannya maksud kedatangannya ke

               tempat  itu.  Laki-laki  tua  itu  tersenyum.  “Sungguh  kau


               suami  yang  baik.  Tapi,  apa  gunanya  menghidupkan

               kembali  istrimu?”  tanya  laki-laki  tua  itu.  “Dia  sangat

               berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat.


               Maka hidupkanlah dia kembali,” jawab si petani.
   1   2   3   4   5