Page 8 - modul perundungan
P. 8

Berbagai upaya dan regulasi telah dilakukan untuk menanggulangi masalah bullying ini, namun hal

               itu tidak cukup jika tidak diimbangi dengan penanaman tentang pencegahan bullying sejak umur dini. Hal
               yang paling sulit diatasi bahwa korban dan pelaku bullying ini juga berasal dari anak-anak sehingga

               proses penanganan pun memiliki pendekatan yang berbeda. Program psikoedukasi, terapi empatik, buku
               cerita bergambar, pendidikan kesehatan reproduksi, dan model konseling kelompok dengan pendekatan

               rational  emotive  behavior  therapy  (REBT)  terbukti  efektif  menurunkan  prilaku  bullying  pada  anak
               (Fatimatuzzahro and Suseno, 2017), (Purwaningrum and Pamungkas, 2018), (Komariah et al., 2017),

               (Amawidyati, 2017), (Albuhairan et al., 2017), (Rothon et al., 2017).

                   Strategi yang dapat dilakukan untuk membantu anak terhindar dari perilaku perundungan adalah
               dengan pembentukan agen perubahan yang berasal dari siswa tersebut sendiri. Berasal dari komunitas

               tersebut yang nantinya akan membawa perubahan dalam bentuk mesatua bali dengan tema “Tat Twam
               Asi”. Mesatua merupakan adat dan budaya yang sejak dahulu ada di Bali, istilah mesatua dikenal dengan

               mendongeng. Mesatua ini mengangkat cerita dan foklor yang kental dengan budaya Bali dan disisipkan

               pesan moral tentang kehidupan baik dan buruk. Tujuan mesatua juga untuk meningkatkan kesadaran
               Ajeg Bali pada generasi muda sejak dini yang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Budaya mesatua ini

               dikalahkan dengan cerita kartun dan animasi yang terus menggerus generasi muda jika tidak diawasi
               dengan  baik.  Mesatua  dengan  cerita  yang  dimodifikasi  lebih  modern  sebagai  media  untuk

               mencegah perundungan anak di sekolah belum pernah dilakukan sampai saat ini khususnya di

               Bali bahkan Indonesia.
                    Hasil penelitian terdahulu jika dilihat dari pencegahan perilaku bully, di Negara Spanyol terdapat

               program  yang  sudah  dilakukan  seperti  The  Cyberprogram  2.0  and  the  cooperative  Cyberduca  2.0
               Videogame dimana tujuannya adalah melakukan pencegahan bullying di sekolah dengan memberikan

               informasi melalui permainan-permainan kecil dan informasi tentang dampak bullying (Garaigordobil and
               Martínez-Valderrey, 2018). Selain itu pada Negara dengan ekonomi menengah kebawah hasil penelitian

               melalui systematic review menemukan bahwa intervensi lebih ditekankan di sekolah, ada juga yang

               menggunakan  model  yang  dikembangkan  dari  Malaysia  berupa  Program  Perundungan  Olweus
               Internasional  (OBPP)  yang  juga  digunakan  di  Afrika  Selatan  (Sivaraman,  Nye  and  Bowes,  2019).

               Penggunaan machine learning juga dilakukan untuk deteksi dini  cyberbullying melalui jejaring social
               media remaja (Angelis and Perasso, 2020).

                    Program terkait dengan kekerasan fisik dan mental di Eropa melalui aplikasi “Dat-e Adolescence”
               terbukti mengurangi intimidasi seksual, kemudian melalui permainan“Serious games” dimana permainan

               ini berhasil membuat pemainnya menciptakan strategi untuk menanggulangi cyberbullying. Sehingga si

               pemain menciptakan kesadaran, empati dan strategi baru untuk mengintimidasi (Muñoz-Fernández et


               4 | M O D U L   A G E N   P E R U B A H A N   P E R I L A K U   M E N G G U N A K A N   M E D I A
               A N I M A S I   S A T U A   B A L I
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13