Page 44 - Ebook - Peneguhan Pdt Henny
P. 44
God’s Little Pencil
Suatu kali dalam persiapan kotbah, saya membaca pernyataan Mother
Teresa “I am a little pencil in the hand of a writing God who is sending a
love letter to the world.” Pernyataan Mother Teresa ini membuat saya
merenung cukup lama. Sebuah pertanyaan yang muncul dalam benak
saya, kenapa Mother Teresa menggambarkan dirinya sebagai “pensil
kecil”? kenapa bukan alat tulis yang lain atau istilah yang lain? Bukankah
pensil kecil seringkali diabaikan, dibuang dan tidak menjadi pilihan untuk
menulis atau mengerjakan soal ujian? atau jika sangat mendesak, karena
tidak ada yang lain, mau tidak mau, yang ada hanya pensil kecil tersebut,
maka kita menambah tutup pena diatasnya agar nyaman untuk digunakan?
Kenapa Mother Teresa menggunakan istilah pensil kecil, kenapa bukan
yang lain?
Dalam perenungan itu, saya menemukan tiga hal:
1. Bukan karena pensil kecilnya tetapi Karena Sang Penulis
Istilah “kecil” yang dipakai untuk menggambarkan keberadaan pensil
itu, menunjuk pada keterbatasan, kelemahan dan kekurangan
sehingga pensil kecil itu dipandang sebelah mata, diremehkan,
diabaikan dan tidak diperhitungkan untuk mengerjakan sesuatu yang
besar. Tetapi bukan itu yang penting. Bukan soal kecilnya. Dan bukan
soal pensilnya karena kecil atau panjang, tidak ada gunanya jika tidak
ditangan yang penulis. Melainkan soal Sang Penulisnya. Dia yang
penting dan utama, Dia yang mau, Dia yang memilih dan Dia yang
menggunakan pensil kecil yang tidak sempurna itu untuk menulis
surat cintanya. Jika pensil kecil itu masih digunakan untuk menulis
maka itu adalah sebuah anugerah dan berkat yang luar biasa, seperti
yang diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:9-10 “Karena
aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak
disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena
kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan
kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;
tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai
aku.”
Dalam perenungan itu, saya memuji, menaikkan syukur, menyatakan
hormat dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan, karena doitengah
keterbatasan, kelemahan dan kekurangan saya, didalam kerapuhan
sebagai manusia yang tak luput dari dosa dan kesalahan, Tuhan masih
berkenan memberi anugerah dan berkat dengan memanggil,
mengutus, memperlengkapi dan memakai saya untuk menjadi alat-
Nya. Karena itu, ijinkan saya mengajak saudara untuk memuji dan
memuliakan Allah yang menerima dan memakai kita dengan segala
keberadaan kita untuk menjadi alat ditangan-Nya.
42 God’s Little Pencil

