Page 55 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 55

bumi  ini  (surah  al-Baqarah  ayat  29),  kecuali  ada  dalil  yang  mengatakan  haram.

                       Maka  berdasarkan  istishab,  kita  boleh  makan  apa  saja  kecuali  ada  dalil  yang
                       mengatakan tidak halal dimakan.


               E.  Syarat Mujtahid

                          Seseorang  ulama  mujtahid  harus  memenuhi  persyaratan  sebagai  berikut:  1).
                   Mengetahui seluk-beluk  Bahasa  Arab dalam  semua seginya,  yaitu  nahu, saraf, bayan,

                   ma’ani  dan  badi’;  dapat  mengetahui  lafaz-lafaz  yang  zahir,  sarih,  mujmal,  haqiqat,

                   majaz,  ’am,  khas,  muhkam,  mutasyabih,  mutlaq  dan  muqayyad.  2).  Memiliki
                   pengetahuan  yang  cukup  baik  tentang  Alquran;  mana  lafaz  yang  mantuq,  mafhum,

                   mutlaq, muqayyad, sarih,  kinayah, nasikh-mansukh;  mengetahui sebab  nuzul  dan  lain-

                   lain. 3). Memiliki pengetahuan yang luas tentang sunnah; yakni mengetahui mana hadis
                   yang  mutawatir,  ahad,  sahih  makna  haqiqat,  majaz,  dan  lain-lain.  4).  Memiliki

                   pengetahuan yang luas tentang ijma’ dan qiyas. 5). Menyatakan maksud syara’ dalam
                   menetapkan  hukum.  6).  Memiliki  pengetahuan  yang  luas  tentang  usul  fikih.  Al-Razi

                   berkata “Ilmu usul fikih adalah ilmu yang paling penting dimiliki setiap mujtahid.
                          Syarat-syarat ijtihad menurut Az-Zarkasyi dalam Al-Bahrul Muhid fi Ushul Al-

                   Fikih II lebih detail dan terperinci lagi, diantaranya:

                   1.  Memiliki pemahaman atas ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an secara etimologis dan
                       epistemologis. Pemahaman secara etmologis maksudnya, seorang mujtahid haruslah

                       menguasai makna-makna harfiah atau susunan kata serta pemahaman secara tekstual
                       dan kontekstual. Sedangkan pemahaman secara epistemologis maksudnya, bahwa ia

                       diharuskan  memiliki  pengetahuan  beragam  kausa  (‘illat)  dari  sebuah  hukum,
                       variable-variabel  penetap  hukum  dan  metode-metode  penalaran  logis  dari  sederet

                       lafal,  macam-macam  penunjukan  atas  makna,  berupa  umum,  khusus,  mushtarak,

                       mujmal  (general),  mufassar  (interpretable),  dan  lain-lain.  Tidak  ada  keharusan
                       menghafal  keseluruhan  isi  al-Qur’an,  cukup  kemampuan  merujuknya  saat

                       dibutuhkan.  Al-Ghazali,  al-Razi  dan  Ibn  al-‘Arabi  menentukan  kadar  ayat-ayat

                       hukum dalam al-Qur’an adalah 500 ayat.
                   2.  Mengetahui  hadis-hadis  tentang  hukum,  dan  tidak  ada  keharusan  menghafalnya.

                       Namun  seorang  mujtahid  harus  mampu  merujuknya  saat  dibutuhkan.  Al-Mawardi
                       menegaskan  bahwa  seorang  mujtahid  haruslah  mengetahui  setidaknya  500  hadis

                       tentang hukum. Ibn al-‘Arabi menentukan 3000 hadis.




                                                                           USHUL FIKIH  -  KELAS XII 46
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60