Page 54 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 54
Umpamanya memberi hadiah kepada orang tua dan kenalan dekat dalam waktu-
waktu tertentu; mengadakan acara halalbihalal (silaturahmi) saat hari raya;
memberi hadiah sebagai suatu penghargaan atas suatu prestasi. (2). ‘Adat yang
fâsid (دسافَفرع), yaitu ‘adat yang berlaku di suatu tempat meskipun merata
pelaksanaannya, namun bertentangan dengan agama, undang-undang negara dan
sopan santun. Umpamanya berjudi untuk merayakan suatu peristiwa; pesta
dengan menghidang kan minuman haram; membunuh anak perempuan yang baru
lahir; dan berzina.
6. Istishab
Istishab menurut etimologi berarti “selalu menemani”; selamanya menyertai.
Menurut terminologi istishab adalah “mengukuhkan apa yang pernah ada” (definisi
ini dikemukakan oleh Mhd. Rida Muzaffan dari kalangan Syi’ah). Menurut asy-
Syaukani istishab adalah “apa yang pernah berlaku secara tetap pada masa lalu,
pada prinsipnya tetap berlaku pada masa akan datang”. Sedangkan menurut asy-
Syatibi, istishab adalah “segala keputusan yang telah ditetapkan pada masa lalu,
hukumnya tetap berlaku pada masa sekarang.”
Ulama Hanafiyah menyatakan sebenarnya istishab itu hanyalah untuk
mempertahankan berlakunya hukum yang telah ada, bukan menetapkan hukum yang
baru. Dengan demikian istishab dapat dijadikan dasar hujjah sebagaimana
digunakan sebagian besar pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali dan
Zahiri. Menurut Ibnu Qayyim istishab terbagi tiga bentuk, yaitu:
a. Istishabal-bara`ah al-asliyah,berarti bersih atau bebas dari beban hukum yakni
pada dasarnya seseorang bebas dari beban hukum, kecuali ada petunjuk
berlakunya beban hukum kepada yang bersangkutan.
b. Istishabal-sifat, yakni mengukuhkan berlakunya hukum pada suatu sifat baik
memerintahkan maupun melarang, sampai sifat tersebut mengalami perubahan
yang mengakibatkan berubahnya hukum.
c. Istishabhukmi al-ijma’, yakni mengukuhkan pemberlakuan hukum yang
ditetapkan berdasarkan ijma’.
Contoh-contoh hukum berdasarkan istishab: 1) Seseorang yang telah
berwudu’, wudu’nya tetap berlaku sampai dia yakin telah batal. 2) Pemilikan harta
bagi seseorang tetap berlaku selama tidak ada bukti kepemilikannya telah beralih
kepada orang lain. 4) Dihalalkan bagi manusia makan apa saja yang ada di muka
USHUL FIKIH - KELAS XII 45