Page 174 - FIKIH_MA_KELAS X_KSKK_2020
P. 174

b)  Ashiil,  yaitu  orang  yang  hutang  atau  orang  yang  ditanggung  akan

                                 kewajibannya.
                              c)  Makful Lahu, yaitu orang yang menghutangkannya.

                              d)  Makful Bihi, yaitu orang atau barang atau pekerjaan yang wajib dipenuhi
                                 oleh orang yang ihwalnya ditanggung (makful ‘anhu).

                          Adapun Syarat kafalah adalah sebagai berikut:
                              a)  Syarat  kafil  adalah  baligh,  berakal,  orang  yang  diperbolehkan

                                 menggunakan hartanya secara hukum, tidak dipaksa (rela dengan kafalah).

                              b)  Ashil tidak disyaratkan baligh, berakal, kehadiran dan kerelaannya, tetapi
                                 siapa saja dapat ditanggung (dijamin oleh kafil).

                              c)  Makful Lahu disyaratkan dikenal oleh kafil (orang yang menjamin).

                              d)  Makful Bihi disyaratkan diketahui jenis, jumlah, kadar atau pekerjaan atau
                                 segala sesuatu yang menjadi hal yang ditanggung/dijamin.

                                     Menurut  Madzhab  Hanafi  dan  sebagian  pengikut  Madzhab  Hambali
                              bahwa  kafalah  boleh  bersifat  tanjiz,  ta’liq  dan  boleh  juga  tauqit.  Namun

                              madzhab  Syafi’i  tidak  membolehkan  adanya  kafalah  ta’liq.  Kafalah  tanjiz
                              adalah  menanggung  sesuatu  yang  dijelaskan  keadaannya,  seperti  ucapan  si

                              kafil: “Aku menjamin si anu sekarang”,.

                                      Kafalah ta’liq adalah kafalah atau menjamin seseorang yang dikaitkan
                              dengan sesuatu keadaan bila terjadi. Misal perkataan si kafil :”Aku akan men-

                              jamin hutang hutangmu bila hari ini tidak turun hujan”. “Maksudnya bila hu-
                              jan tidak turun aku jadi menjamin hutang-hutangmu, namun bila turun aku tid-

                              ak jadi menjamin”.
                                     Sedangkan  kafalah  tauqit  adalah  kafalah  untuk  menjamin  terhadap

                              sesuatu  tanggungan  yang  dikuatkan  oleh  suatu  keadaan  tertentu  atau

                              dipastikan  dengan  sungguh-sungguh  bahwa  dia  betul-betul  akan  menjamin
                              dari suatu tanggungan itu.



               4.   Macam-macam Kafalah
                           Kafalah terbagi menjadi dua macam, yaitu kafalah jiwa dan kafalah harta. Kafa-

                    lah jiwa dikenal pula dengan sebutan dhammul wajhi (tanggungan muka), yaitu adanya
                    kewajiban bagi penanggung untuk menghadirkan orang yang ditanggung kepada yang ia

                    janjikan tanggungan (makful lahu).




               162   BUKU FIKIH X MA
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179