Page 101 - layout terbaru fiks.3 - PDF
P. 101

“tolonglah teman-teman, aku tidak bisa apa-apa tanpa ibuku” Ahmad memohon pada teman-

               temannya.

               “baiklah, tapi dengan syarat kau tidak akan mendekati bahkan menemui Akiko Maeda, sejak

               dekat dengannya kau sampai lupa dengan tugasmu sebagai prajurit untuk kemerdekaan”, ucap

               teman yang saat itu menjadi ketua.

               Lalu Ahmad berjanji, “baik aku berjanji tidak akan menemui Akiko lagi, terimakasih karena

               sudah mau menolongku, dan aku minta maaf karena selama ini sering lupa dengan tugasku”.

                       Dua hari kemudian, ibu dari Ahmad telah diselamatkan meski telah disiksa oleh tentara-

               tentara jepang atas perintah dari Hitoshi. Sepulangnya dirumah, Ahmad meminta maaf pada
               ibunya  dan  sangat  menyesal  dengan  kejadian  ini,  ia  berjanji  akan  membela  dan

               memperjuangkan kemerdekaan negara ini walau mengorbankan perasaanku pada Akiko. Akiko

               berkali-kali  mengirim  surat  kepada Ahmad,  namun Ahmad  sudah  tidak  mau  membacanya
               sedikitpun. Ia tidak mau teringat dengan Akiko dan ingin fokus menyiapkan keberangkatannya

               untuk berjuang di medan perang. Akiko sangat sedih hingga ia mengunjungi rumah Ahmad

               dengan maksud meminta maaf pada ibu Ahmad dan meminta restu, namun ibu dari Ahmad
               tidak  menerimanya  dan  mengusir  Akiko.  Keesokan  harinya  saat  malam  sebelum

               keberangkatan,  Ahmad  mengucapkan  selamat  tinggal  pada  ibunya  yang  berusaha
               menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyuman.


                       Perjalanan ke medan perang tidaklah mudah. Mereka melintasi hutan belantara, sungai
               deras, dan medan berat lainnya. Namun, semangat untuk meraih kemerdekaan membakar hati

               mereka seperti bara api yang tak pernah padam.


               Akhirnya, setelah berbulan-bulan di medan perang, Ahmad dan rekan-rekannya kembali ke
               desa mereka. Kemenangan telah diraih, dan bendera merah putih berkibar tinggi di langit biru.

               Desa  mereka,  yang  dulu  penuh  kekhawatiran,  kini  bersuka  cita  menyambut  kepulangan
               pahlawan.  Malam  itu,  di  tengah-tengah  hiruk-pikuk  kebahagiaan, Ahmad  duduk  di  bawah

               pohon rindang yang dulu menjadi saksi bisu kedekatannya dengan Akiko. Dia merenung,


                                                            101
   96   97   98   99   100   101   102   103   104