Page 5 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 5
v
Kata Pengantar
Di tengah popularitas istilah literasi, kajian literasi sering
dilingkupi oleh perasaan inferior. Misalnya, artikel media
dan diskusi literasi hampir selalu menyitir keterpurukan
ROSDA
peringkat Indonesia dalam survei negara literat (World Most
Literate Nation) dan tes berbasis literasi seperti PISA (Programme
for International Student Assessment) dan PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study). Kita lalu sibuk membahas
betapa tertinggalnya kita bahkan dibandingkan dengan negara
ASEAN seperti Thailand dan Vietnam.
Upaya mengejar ketertinggalan capaian literasi di kancah
internasional tentu perlu diapresiasi. Namun upaya tersebut
tentu tak selayaknya mengabaikan apa yang kita miliki;
literasi lokal yang mengakar pada kekhasan praktik budaya
dan jati diri bangsa. Pengabaian terhadap literasi lokal dapat
membawa bangsa ini kepada penjajahan baru oleh literasi;
lebih ironis lagi, mereduksi literasi semata sebagai sekadar
properti modernitas (apabila kita tidak memiliki kecakapan
literasi yang persis sama seperti yang dimiliki oleh bangsa lain,
maka hilanglah kesempatan kita untuk berdiri digdaya sebagai
bangsa yang ‘modern’). Padahal literasi tidak bermakna model
tunggal yang otonom. Lembaga survei dan tes internasional
dapat menentukan instrumen literasi, namun literasi yang
sesungguhnya tumbuh mengakar sebagai bagian dari praktik
budaya bangsa ini.