Page 129 - Kelas X Hindu BS press
P. 129
pertolongan kepada bapaknya supaya dapat menghindarkan dirinya dari sengsara.
Kemudian masuklah ia ke hutan sunyi, sambil menangis mengeluh kepada segala
makhluk, termasuk makhluk yang tidak bergerak, Saya ini Jaratkaru seorang
brahmana yang ingin beristri berilah saya istri yang senama dengan saya Jaratkaru,
supaya saya berputra, supaya leluhur saya pulang ke sorga. Seru dan tangis sang
Jaralkaru terdengar oleh para naga, dalam waktu singkat disuruhlah para naga
mencari brahmana itu yang bernama Jaratkaru oleh Sang Basuki, yang akan
diberikan pada adiknya yang bemama Nagini yang diberi nama Jaratkaru agar
mempunyai anak brahmana yang akan menghindarkan dirinya dari korban ular.
Terjadilah perkawinan, kedua mempelai Jaratkaru yang senama, dengan
berbagai upacara. Kemudian Sang Jaratkaru mengadakan perjanjian kepada sang
istri yaitu jangan engkau mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan perasaan,
demikian pula berbuat yang tidak senonoh. Kalau hal itu kau perbuat engkau akan
kutinggalkan. Demikianlah kata Sang Jaratkaru kepada istrinya, lalu merekapun
hidup bersama. Beberapa bulan kemudian terlihatlah tanda-tanda bahwa istrinya
hamil.
Pada suatu waktu ia akan tidur, minta ditunggui oleh istrinya, karena dikiranya
akan ditinggalkan, maka ia minta agar kepalanya dipangku istrinya, dan tidak
boleh mengganggu beliau yang sedang tidur. Dengan hati-hati istrinya memangku
suaminya yang cukup lama sampai waktu senja tepat waktu waktu pemujaan,
lalu sang Nagini Jaratkaru membangunkan brahmana Jaratkaru, takut kelewatan
waktu memuja, Setelah membangunkan justru terbalik, brahmana Jaratkaru
malah marah-marah mukanya merah karena marahnya, Brahmana berseru:”Hai
Nagini (Jaratkaru) jahanam, sangatlah penghinaanmu sebagai istri, engkau berani
mengganggu tidurku, tidak selayaknya tingkah laku istri seperti tingkahmu itu.
Sekarang engkau akan kutinggalkan”. Demikian kata-katanya lalu memandang
kepada istrinya.
Nagini mengikutinya, lari lalu memeluk kaki suaminya.” Oh tuanku, Ampunilah
hamba tuanku ini. Tidak karena hinaan hamba membangunkan tuanku. Tetapi
hanya memperingatkan tuanku akan waktu pemujaan setiap hari waktu senja.
Salahkiranya, karena itu hamba menyembah minta ampun tuanku, baik kiranya
tuanku kembali, Kalau hamba sudah punya anak yang akan menghindarkan
keluarga hamba dari korban ular, sejak itulah tuanku boleh bertapa kembali”.
Demikian Nagini minta belas kasihan. Jaratkaru menjawab “ Alangkah baiknya
perbuatanmu, Nagini, memperingatkan pemujaan kepadaku pada waktu senja,
tapi sama sekali aku tidak dapat mencabut perkataanku untuk meninggalkan
engkau. Tidak mungkir janji perkataan orang seperti aku ini. Jangan khawatir
akan keinginanmu.
Asti, anakmu sudah ada, itulah yang akan melindungimu kelak pada waktu
korban ular. Senanglah Nagini Jaratkaru. Sang Nagini ditinggalkannya, lalu
mengatakan kepada Sang Basuki tentang kepergian suaminya. Mengatakan segala
perkataan Sang Jaratkaru, dan mengatakan pula tentang isi kandungannya, yang
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | 123