Page 131 - Kelas X Sejarah Indonesia BS press
P. 131

Kekuasaan Dinasti Isyana


                       Pertentangan di antara keluarga Mataram, tampaknya terus
                 berlangsung  hingga masa pemerintahan   Mpu  Sindok pada tahun
                 929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti menyebabkan Mpu
                 Sindok memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa
                 Timur)  dan  mendirikan  dinasti  baru  yaitu  Dinasti  Isyanawangsa.
                 Di  samping  pertentangan  keluarga,  pemindahan  pusat kerajaan
                 juga dikarenakan  kerajaan  mengalami  kehancuran  akibat letusan
                 Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti, pusat pemerintahan Keluarga
                 Isyana terletak di  Tamwlang.  Letak Tamwlang  diperkirakan  dekat
                 Jombang, sebab di Jombang masih ada desa yang namanya mirip,
                 yakni desa Tambelang. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa  bagian
                 timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.

                       Setelah  Mpu  Sindok meninggal,  ia digantikan  oleh  anak
                 perempuannya bernama Sri     Isyanatunggawijaya.  Ia naik takhta
                 dan kawin dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah putra
                 yang  bernama Makutawangsawardana.      Makutawangsawardana
                 naik takhta menggantikan      ibunya.  Kemudian   pemerintahan
                 dilanjutkan oleh Dharmawangsa Tguh yang memeluk agama Hindu
                 aliran Waisya. Pada masa pemerintahannya, Dharmawangsa Tguh
                 memerintahkan untuk menyadur kitab Mahabarata dalam bahasa
                 Jawa Kuno. Setelah Dharmawangsa Tguh turun takhta ia digantikan
                 oleh Raja Airlangga, yang saat itu usianya masih 16 tahun. Hancurnya
                 kerajaan  Dharmawangsa menyebabkan      Airlangga berkelana ke
                 hutan. Selama di hutan ia hidup bersama pendeta sambil mendalami
                 agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh pendeta agama Hindu
                 dan  Buddha sebagai  raja.  Begitulah  kehidupan  agama pada masa
                 Mataram Kuno.   Meskipun  mereka berbeda aliran  dan  keyakinan,
                 penduduk Mataram Kuno tetap menghargai perbedaan yang ada.












                                                                                  Sejarah Indonesia  123
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136